animasi blog

Sunday 20 March 2016

Kaitan Aliran Besar Psikologi dengan Kesehatan Mental - Kesehatan Mental (SOFTSKILL)


I.            ALIRAN PSIKOANALISA
Psikoanalisa merupakan suatu bentuk model kepribadian yang pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Menurut Freud, pikiran-pikiran yang ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau dapat menyebabkan gangguan kepribadian. Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat yakni alam sadar (conscious) dan alam tidak sadar (unconscious). Alam tidak sadar terbagi lagi menjadi dua tingkat alam tidak sadar (unconscious) dan alam bawah sadar (pre-conscious).
a.       Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita.
b.      Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconsciuous) ini memuat semua hal yang tak disadari tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar.
c.       Alam Sadar
Alam sadar memiliki elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar masuk ke alam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem kesadaran perseptual dan yang kedua datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.

Freud mempunyai metode untuk membongkar gangguan - gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran diri seseorang yaitu dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas. Teori Freud berdasrkan pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
a.       Id yaitu sumber segala energi psikis. Id merupakan sistem yang tidak di sadari serta dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan. Id bekerja atas dasar prinsip kesenangan (pleasure principle).
b.       Ego bekerja atas dasar prinsip realita. Fungsi utama ego adalah untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Kemampuan ego untuk menyeimbangkan energi-energi dari id dan dari superego sangat penting artinya, sebab apabila energi dari superego terlalu besar, maka seseorang akan menjadi selalu ragu-ragu dan terkekang. Namun, jika energi Id terlalu besar, maka seseorang akan lebih impulsif, egois, dan mengabaikan tata aturan sosial. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ego berfungsi atas dasar prinsip realitas (reality principle).
c.       Superego adalah sistem moral dari kepribadian. Sistem ini berisi norma-norma budaya, nilai-nilai sosial, dan tata cara yang sudah diserap ke dalam jiwa. Id berprinsip mencari kesempurnaan (perfection). Superego terbentuk sebagai reaksi terhadap aturan masyarakat yang dihadapkan kepada anak oleh orang tua melalui mekanisme hukum dan ganjaran. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah.

Terdapat 9 ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Freud yaitu :
1.      Mampu menilai diri sendiri secara nyata dan apa adanya tentang kelebihan dan kekurangan baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan.
2.      Mampu menilai dan menerima situasi atau kondisi kehidupan yang dialami secara nyata dan secara wajar serta tidak mengharapkan kehidupan sebagai sesuatu yang sempurna.
3.      Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara nyata dan tidak menjadi sombong atau mengalami superiority complex. Jika mengalami kegagalan, tidak bersikap frustrasi tetapi menghadapinya dengan sikap optimistik.
4.      Menerima tanggung jawab  dan memiliki keyakinan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5.      Memiliki sifat yang mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma dan aturan  yang berlaku di lingkungan.
6.      Dapat mengendalikan emosi, dapat menghadapi situasi yang bersifat stressor secara positif  dan tidak secara destruktif (merusak).
7.      Berorientasi keluar (ekstrovert), memiliki empati terhadap orang lain, peduli terhadap masalah-masalah lingkungannya, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain.
8.      Penerimaan sosial dengan cara mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
9.      Faktor-faktor seperti achievement (prestasi) acceptance (penerimaan),dan affection (kasih sayang) mendukung pembentukan kebahagiaan dalam kehidupan manusia.

"Berdasarkan teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud, maka dapat diketahui bahwa kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang memiliki keseimbangan antara id, ego, dan superego. Dimana dalam hal ini, ego berperan penting dalam menyeimbangkannya. Manusia dengan kepribadian yang sehat adalah mereka yang tidak sakit secara mental, baik itu berupa gangguan atau penyimpangan pada mentalnya, mereka yang dapat dengan mudah menyesuaikan serta menyeimbangkan antara dorongan dan keinginan yang dimilikinya dalam situasi tertentu, mereka yang belajar agar dapat memiliki kemampuan dalam mengatasi kecemasan dan tekanan yang dimiliki, serta mereka yang sudah sewajarnya berkembang sesuai dengan pola perkembangan yang ilmiah.
Dalam aliran ini, dapat diketahui bahwa Freud memandang sisi negatif yang dimiliki oleh individu dilihat dari alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. Aliran ini mempelajari kepribadian yang tidak sehat secara emosional. Jadi, aliran ini memberikan sudut pandang yang dinilai bersifat pesimistik tentang takdir manusia sebab manusia dianggap sebagai korban dari konflik masa kecil yang dimiliki dan berbagai tekanan biologis yang pernah dialami."


II.          ALIRAN HUMANISTIK
Abraham Maslow (1908-1970) adalah Bapak dari Psikologi Humanistik. Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik, manusia dipandang sebagai makhluk kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan - pilihannya sendiri serta bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow mengemukakan teori motivasi yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhierarki, meliputi :
1.       Kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2.      Kebutuhan rasa aman (the safety needs )
3.      Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4.      Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs,
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)


Menurut Maslow psikologi harus lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusian.  Terdapat 4 ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
1.       Memusatkan perhatian pada individu yang mengalami. Oleh sebab itu, berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.      Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
3.      Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Aliran ini memiliki pandangan yang optimis dan penuh harapan mengenai takdir manusia. Mereka yakin terhadap kemampuan manusia untuk memperluas, mengembangkan, dan memenuhi dirinya untuk menjadi apapun sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Aliran Humanistik juga menilai bahwa manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

"Berdasarkan aliran humanistik, kepribadian yang sehat adalah individu yang perlu mengembangkan potensi yang dimilikinya dan tidak hanya mengandalkan pengalaman - pengalaman masa lalu yang hanya memberikan pembelajaran mengenai sesuatu yang benar  atau salah sebab hal tersebut dapat menghasilkan manusia memiliki respon yang pasif. Manusia harus mampu dalam mengatasi masa lalu dan harus berkembang melebihi segala sesuatu yang bersifat negatif yang mampu menghambat pertumbuhan manusia itu sendiri. Sedangkan ciri dari kepribadian normal atau sehat menurut aliran ini adalah manusia yang mampu menggunakan keunikan dalam diri masing-masing tanpa terpatok pada masa lalunya."
           

DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta : Salemba Humanika.

Tuesday 8 March 2016

Definisi Konsep Sehat - Kesehatan Mental


DEFINISI KONSEP SEHAT

Sehat adalah kondisi dimana organ-organ tubuh serta bagian tubuh lainnya secara keseluruhan dapat berfungsi dan bekerja dengan baik tanpa adanya gangguan dari segala bentuk penyakit maupun gangguan yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Kesehatan itu sendiri dapat dilihat dari segi fisik, mental, maupun sosial seseorang. Sehat secara fisik yaitu seseorang yang tidak memiliki gangguan atau kelainan pada bagian fisiknya. Sehat secara fisik dapat diukur melalui tekanan darah atau rata-rata kecepatan denyut nadi seseorang. Meskipun fisik seseorang terlihat baik, namun apabila dirinya memiliki gangguan secara mental  maka orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang yang ‘sakit’. Kesehatan mental seseorang meliputi kemampuan spiritual dan emosi yang dimiliki seseorang. Misalnya seseorang yang tidak memiliki kontrol diri yang baik atau seseorang yang selalu berpikir negatif dapat dianggap sebagai orang yang sakit apabila hal tersebut dilihat dari segi mental yang dimilikinya.
Sedangkan seseorang yang sehat dilihat dari segi sosial adalah seseorang yang mampu menerima serta menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan tertentu dapat manjadi tolak ukur kesehatan sosial seseorang. Faktor ekonomi dan tingkat pendidikan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam lingkungan sekitar karena memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk individu yang sehat secara sosial. Dari pernyataan diatas, konsep sehat kemudian dibagi menjadi 5 dimensi yaitu :
1.      Dimensi Intelektual
Dimensi dimana bagaimana cara individu menggunakan kecerdasan berpikir yang dimilikinya dalam memecahkan suatu masalah. Kecerdasan berpikir yang dimiliki seseorang dapat bersumber dari berbagai pengalaman, pembelajaran, atau pengetahuan mengenai suatu hal atau informasi yang dimilikinya dan masih dapat diingat dengan baik sehingga informasi tersebut dapat membantu individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.      Dimensi Emosi
Dimensi bagaimana individu mampu mengendalikan emosi yang berada di dalam dirinya sendiri sehingga emosi yang sedang dirasakan tidak ditampilkan secara berlebihan. Sehat dilihat dari dimensi emosi dapat diukur dari bagaimana seseorang mampu menunjukkan emosi yang dirasakan dengan tepat dalam porsi serta situasi tertentu.
3.      Dimensi Sosial
Dimensi yang mencakup segala bentuk hubungan sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam suatu lingkungann tertentu. Keampuan seseorang dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang lain melalui rasa saling menghargai tanpa membedakan kepercayaan yang dianut, status sosial ekonomi, atau suku bangsa tertentu dapat dijadikan sebagai patokan apakah seseorang sehat secara sosial atau tidak. Individu yang sehat secara sosial biasanya mampu dengan mudah beradaptasi di lingkungannya dan menerima norma yang berlaku serta tidak memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka dapat hidup dengan sejahtera dalam suatu lingkungan.
4.      Dimensi Fisik
Dimensi dimana seluruh organ tubuh yang dimiliki individu dapat bekerja dengan baik sehingga dirinya tidak merasakan sakit sebab tidak adanya penyakit yang mengganggu keseimbangan tubuhnya. Hal yang biasanya digunakan sesorang untuk menilai dirinya sehat secara fisik atau tidak adalah dengan melihat penampilan luar diri mereka sendiri sebab apabila seseorang memiliki organ tubuh yang sehat dan bekerja secara normal maka hal tersebut akan ditampilkan dan terlihat dari penampilan jasmaniah seseorang. Misalnya, seseorang yang kurang akan asupan cairan tubuh tentu akan berpengaruh pada kerja organ tubuhnya dimana organ tubuh tersebut dapat bekerja secara tidak maksimal. Ketidakmaksimal-an kerja organ tubuh karena kurang cairan ini kemudian dapat terlihat secara jasmaniah yaitu ditandai dengan kulit yang kering dan tidak lembab, serta tubuh yang mudah merasa lemas.
5.      Dimensi Spiritual
Dimensi yang menggunakan kepercayaan sebagai jalan untuk mencapai kedamaian hati dan jiwa seseorang. Individu yang sehat dilihat dari dimensi spiritual ialah individu yang menggunakan ajaran agama yang menjadi kepercayaannya untuk menuntun hidupnya agar damai dan sejahtera secara rohaniah, dimana hal tersebut ditandai dengan rasa syukur terhadap nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur dapat diwujudkan melalui ibadah yang dijalankan individu serta apakah individu tersebut mematuhi aturan-aturan yang dimiliki agamanya atau tidak.



KESIMPULAN
Sehat merupakan kondisi dimana tubuh terbebas dari segala penyakit atau kelainan yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Sehat dibagi menjadi lima dimensi yaitu dimensi intelektual, emosi, sosial, fisik, dan spiritual. Kelima dimensi tersebut berperan penting dalam kehidupan individu sebab saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam membentuk kesehatan seseorang baik dari luar maupun dari dalam. Apabila salah satu dimensi memiliki gangguan maka akan berpengaruh pada dimensi lainnya yang kemudian dapat menjadi penyebab terganggunya kesehatan individu. Oleh sebab itu, kelima dimensi tersebut harus seimbang untuk menjaga kesehatan individu.



DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane. (2011). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Semioun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius.