animasi blog

Saturday 22 July 2017

PERAN PSIKOTERAPI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT - PSIKOTERAPI



APA ITU PSIKOTERAPI?
Psikoterapi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengobati problematika individu terkait dengan emosi, gangguan kejiwaan, gangguan mental, atau ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah yang dimiliki. Dalam psikoterapi terdapat 2 peran di dalamnya, yakni terapis dan klien. Terapis adalah individu yang memberikan bantuan kepada klien mengenai masalahnya, dan klien adalah individu yang memiliki masalah dan memerlukan bantuan terapis. Metode dalam psikoterapi adalah dengan membantu klien untuk mengetahui masalah mereka sendiri, memahami dan mengetahui perasaan, kelemahan, dan kelebihan mereka, serta terapis membantu klien untuk membuat mereka berpikir positif terhadap diri mereka sendiri dan terhadap masalah yang dihadapi. Psikoterapi diketahui dapat sangat efektif dalam mengatasi beberapa gangguan seperti depresi, kecanduan, fobia, masalah-masalah interpersonal, gangguan OCD, post-traumatic stress disorder, bahkan bisa dilakukan bagi penderita skizofrenia.

MANFAAT PSIKOTERAPI
Psikoterapi dianggap sebagai metode yang telah terbukti manfaatnya dalam mengobati dan membantu klien menghadapi permasalahan yang dihadapai. Beberapa manfaat psikoterapi adalah :
©        Membantu klien dalam menemukan pemecahan masalah yang terbaik agar dapat menangani masalah diri mereka sendiri
©             Membantu klien agar dapat lebih memahami diri mereka sendiri
©       Membantu klien untuk mengenali masalah dan memahaminya dari berbagai sudut pandang yang memungkinkan
©  Terapis membantu klien dengan mengajari beberapa cara untuk memiliki keterampilan dalam hidup agar dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik secara intrapersonal maupun interpersonal.

APA PERAN PSIKOTERAPI DALAM KEHIDUPAN DI MASYARAKAT?
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa psikoterapi adalah metode yang digunakan untuk membantu individu dalam mengobati berbagai masalah dan gangguan mentalnya, sehingga tentu psikoterapi memiliki peran penting dalam membantu dan menyejahterakan kesehatan mental dan kehidupan sosial masyarakat. Beberapa hal spesifik mengenai bagaimana pentingnya peran psikoterapi dalam kehidupan di masyarakat dapat dilihat melalui beberapa hal dibawah ini :
©        Psikoterapi dapat digunakan untuk membantu klien agar lebih mengenali diri mereka sendiri termasuk tujuan hidup mereka
©  Psikoterapi dapat membantu individu untuk memiliki kemampuan dalam menanggulangi/ menghadapi masalah yang dimiliki, seperti misalnya membuat diri untuk berpikir lebih logis apabila menghadapi suatu permasalahan sehingga tidak mudah putus asa dan lebih berpikir secara positif
©       Psikoterapi juga dapat membuat individu bisa lebih membangun dan menciptakan hubungan yang positif baik secara intrapersonal maupun interpersonal.
©        Dalam lingkungan yang pernah dilanda suatu bencana, psikoterapi bisa dilakukan bagi masyarakat setempat yang memiliki traumatis terhadap bencana tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Association: “Understanding Psychotherapy and How It Works”. Tersedia dalam http://www.apa.org/helpcenter/understanding-psychotherapy.aspx
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Saturday 15 July 2017

Exposure Therapy (Teori) - PSIKOTERAPI


Apa itu Exposure Therapy?
Exposure therapy adalah prosedur perilaku tunggal yang dapat digunakan untuk individu dengan gangguan yang berkaitan dengan kegelisahan dan kekhawatiran. Namun, keduanya menambahkan bahwa penggunaan exposure sebagai satu-satunya prosedur penanganan tidak selalu memadai.”
(Spiegler & Guevremont, 2003)

Exposure therapy adalah suatu teknik terapi yang berawal dari studi yang dilakukan oleh Masserman terhadap kucing. Exposure therapy merupakan suatu jenis terapi dimana individu/ klien yang memiliki gangguan seperti fobia atau kecemasan yang berlebih akan dihadapkan langsung pada situasi yang membuatnya tidak nyaman. Sebelum dihadapkan langsung pada hal yang ditakuti atau yang paling dapat menimbulkan kecemasan, biasanya terapis akan meminta klien untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu. Sebab, kondisi klien yang tenang dan rileks dapat membuatnya mampu menerapkan alternatif pemikiran yang lebih positif dan rasional. Secara umum, exposure therapy dibagi menjadi dua yakni klien dapat dihadapkan secara langsung (in vivo) pada hal yang dapat menimbulkan kecemasan atau dengan cara membayangkan (in imagino).
Exposure therapy yang dilakukan terus-menerus secara efektif dapat mengurangi kegelisahan/ kecemasan klien. Exposure therapy bertujuan untuk menangani ketakutan dan respon emosi negatif yang timbul pada diri klien dengan mengenalkan klien pada kondisi-kondisi yang dapat memunculkan kecemasan mereka namun tetap pada kondisi yang terkontrol oleh terapis. Ketika individu takut/ memiliki kecemasan yang berlebih ketika menghadapi sesuatu, mereka akan menghindari benda atau situasi tersebut. Perlu diketahui bahwa perilaku ‘menghindari’ tersebut dapat membantu mengurangi rasa takut hanya dalam jangka pendek, dan justru dapat memperburuk rasa takut tersebut dalam jangka panjang.
Metode yang digunakan pada exposure therapy adalah dengan klien ditunjukkan pada situasi yang ditakutinya dengan harapan akan muncul kemampuan menghadapi respon (coping). Dalam hal ini, klien diharapkan dapat menciptakan strategi coping nya sendiri dimana strategi coping tersebut dapat dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan hal-hal lain untuk mencegah timbulnya kecemasan. Bahkan, beberapa psikolog berasumsi bahwa exposure therapy terbukti menjadi jenis terapi yang berhasil dalam membantu klien dengan berbagai masalah, seperti fobia, panic disorder, social anxiety disorder, obsessive-compulsive disorder, PTSD, dan generalized anxiety disorder.

Bentuk-bentuk Exposure Therapy
1.             In vivo exposure therapy
Adalah jenis terapi exposure dimana klien menghadapi hal yang ditakutinya secara langsung dalam kehidupan nyata. Seperti, individu yang memiliki generalized anxiety disorder mungkin sengaja diminta oleh terapis untuk memberikan pidato di depan umum.
2.             Imaginal exposure therapy
Adalah jenis terapi exposure dimana terapis meminta klien untuk membayangkan apa yang ditakutinya. Misalnya, individu yang memiliki PTSD akan diminta oleh terapis untuk mengingat kembali pengalaman traumatis yang pernah dialaminya untuk mengurangi perasaan takut.
3.             Virtual reality exposure therapy
Virtual reality merupakan bentuk teknologi yang dapat digunakan apabila in vivo exposure therapy tidak praktis.
4.             Introceptive exposure therapy
Adalah jenis terapi paparan dimana terapis sengaja membawa klien untuk merasakan sensasi fisik yang tidak berbahaya, namun mampu memunculkan rasa kekhawatiran yang berlebih.

Ilustrasi Exposure Therapy
Misalnya, terdapat seorang klien yang mengaku memiliki ketakutan terhadap darah. Terapis kemudian memintanya untuk relaksasi terlebih dahulu, mencoba membuat klien menjadi tenang jauh sebelum dilakukan exposure therapy. Setelah itu, terapis mencoba untuk mengetahui seberapa parah phobia yang dialami klien dengan mengembangkan daftar situasi yang bervariasi berkaitan dengan darah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan klien. Daftar hierarki untuk klien yang memiliki specific phobia terhadap darah sebagai berikut :
Ø   Mendengar kata darah
Ø   Membayangkan darah
Ø   Melihat cairan berwarna merah (seperti darah)
Ø   Melihat foto darah
Ø   Menonton televisi yang menampilkan gambar darah
Ø   Melihat darah secara langsung dari jarak jauh
Ø   Melihat darah secara langsung dari jarak sangat dekat

DAFTAR PUSTAKA
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Slamet, I.S.S., Markam, S. (2007). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: UI-Press.


Thursday 13 July 2017

Exposure Therapy (Analisis Video) - PSIKOTERAPI

Exposure Therapy



Subjek               : Mariam Dum
Usia                    : 22 tahun
Pekerjaan    : Peneliti di Boston Univ. (Anxiety&Related Disorders)
Gangguan       : Fobia terhadap ular
Treatment         : Exposure Therapy

Selama ini, Mariam hampir menghindari segala kontak yang berhubungan dengan ular baik itu kontak fisik, maupun kontak mata. Ia takut terhadap ular meskipun hanya melihatnya melalui  di televisi.  Ketika Mariam melihat ular maka ia harus menutup matanya. Bahkan ia takut untuk pergi ke kebun binatang. Terapis berhasil memulai pendekatan (rapport) kepada Mariam selama 45 menit, kemudian terapi menjelaskan treatment yang akan dijalani oleh Mariam selama 15 menit. Pada treatment ini terapis meminta Mariam untuk melawan rasa takut yang dimilikinya terhadap ular yang disebut catastrophic belief. Catastrophic belief yang dimiliki oleh Mariam terhadap ular adalah bahwa ia takut apabila suatu saat seekor ular akan lepas dan bergerak bebas dalam suatu ruangan yang sama dengannya sehingga dirinya tidak bisa pergi dan keluar dari ruangan tersebut yang mampu mengakibatkan dirinya mengalami gagal jantung. Bahkan, Mariam memiliki keyakinan bahwa ketika situasi tersebut benar-benar ia alami maka kemungkinan dirinya mati karena ular adalah 70%. Namun setelah terapis berdiskusi dengan Mariam, Mariam yakin bisa sembuh dan mengurangi rasa takut terhadap ular setelah menjalani terapi. Hal ini dikarenakan karena keyakinan dan kemauan Mariam untuk sembuh. Terapis bahkan meminta Mariam untuk menyebutkan pada angka berapa ketakutan Mariam terhadap ular antara 0-100 dan Mariam menjawab pada angka 70-80.
Pertama, terapis meminta Mariam untuk melakukan relaksasi/ deep breathing. Terapis selanjutnya membawa ular berukuran kecil dan hanya berdiri di ujung ruangan membelakangi Mariam selama 2 menit, dengan Mariam yang berada di bagian ujung yang lain dalam ruangan yang sama. Ketika itu sempat terpikir oleh Mariam untuk meninggalkan ruangan. Namun, menurut terapis reaksi yang ditunjukkan oleh Mariam ternyata diluar dugaan dan ia terlihat lebih kuat dari perkiraannya.
Selanjutnya Mariam memperbolehkan terapis untuk membalikkan badan ke arahnya ambil memegang ular yang berada di tangan terapis tersebut selama 3 menit, meskipun Mariam masih menyuruh terapis tersebut untuk tetap berada di ujung ruangan. Reaksi yang ditunjukkan Mariam saat itu adalah masih menangis sambil menutup mata. Terapis kemudian meminta Mariam untuk membuka mata secara perlahan dan melihat ular yang berada di tangan terapis. Mariam kemudian membuka mata sesekali dan mampu melihat ular untuk pertama kalinya. Kecemasan yang dirasakan oleh Mariam pun seakan menurun saat dirinya perlahan mampu untuk melihat seekor ular.
Terapis secara perlahan menuju ke tempat duduk dekat dengan Mariam sambil membawa ular tersebut dan Mariam pergi menjauh ke ujung ruangan sambil melihat ular yang dipegang oleh terapis. Kemudian terapis meminta Mariam untuk mendekatinya secara perlahan dan Mariam melakukannya.
Ketika posisi Mariam berada di tengah-tengah ruangan, terapis meminta Mariam untuk menatap ular tersebut dan memberikan pendapatnya mengenai ular tersebut. Selanjutnya terapis meminta Mariam untuk lebih mendekati dirinya dan Mariam melakukannya secara perlahan dengan duduk di samping terapis yang memegang seekor ular. Setelah satu jam, terapis meminta Mariam untuk memberi nama pada ular tersebut dan Mariam menamainya Elf.
Kemudian, terapis meminta Mariam untuk menyentuh ular tersebut dan Mariam melakukannya sedikit demi sedikit. Terapis kemudian menawarkan untuk menaruh ular tersebut di paha Mariam dan Mariam mengijinkannya.  Terapis kemudian melakukan hal yang menjadi catastrophic belief bagi Mariam yakni dengan menaruh ular di lantai pada ruangan yang sama dengan Mariam. Setelah hal tersebut dilakukan, Mariam kemudian menilai bahwa catastrophic belief yang dimilikinya kini telah mencapai nilai 0.
Setelah Mariam tidak lagi memiliki fobia terhadap ular, terapis kemudian menyarankan Mariam untuk menonton tayangan mengenai binatang-binatang serta untuk pergi ke taman dan kebun binatang agar Mariam dapat membiasakan diri untuk melihat ular. Dua bulan setelah treatment, Mariam mengaku bahwa dirinya pernah bermimpi tentang ular namun dirinya sama sekali tidak merasa cemas. Kini, ia bisa menonton tayangan binatang dan melihat gambar-gambar ular tanpa perasaan takut sama sekali.