TRANSACTIONAL LEADERSHIP, WHAT’S THAT?
“Kepemimpinan transaksional
adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada hubungan
interpersonal antara pemimpin dan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.
Pertukaran tersebut berdasarkan pada kesepakatan standar kerja, penugasan
kerja, dan penghargaan.”
(Bycio dan
Koh dkk.,1995)
Kepemimpinan
transaksional merupakan bentuk kepemimpinan dimana pemimpin dan bawahan merupakan
pihak yang memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing. Dengan adanya perbedaan
tujuan maupun kepentingan tersebut, maka seringkali terjadi situasi konflik. Berdasarkan
teori kepemimpinan transaksional ini, hubungan antara pemimpin dan bawahan
hanya sebatas hubungan transaksi. Apabila bawahan melakukan sesuatu untuk
pemimpin maka pemimpin juga akan memberikan sesuatu kepada para bawahannya.
Pemimpin
transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka
dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin menentukan apa yang perlu dikerjakan
bawahan untuk mencapai tujuan, mengklasifikasikan keperluan tersebut, dan
membantu bawahan menjadi percaya diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan
tersebut.
Ciri pemimpin transaksional:
1. Imbalan tergantung, artinya adalah bahwa
pemimpin akan menjanjikan pemberian imbalan pada karyawan dengan kinerja yang
baik
2. Manajemen dengan pengecualian (aktif), dimana
menjaga dan mencari penimpangan dari aturan dan mengambil tindakan koreksi.
3. Manajemen dengan pengecualian (pasif), dimana hanya
ikut campur jika standar tidak dipenuhi
Contoh:
Misalnya adalah peristiwa pengiriman tenaga
kerja Indonesia pada negara Singapura. Seorang majikan dari salah satu keluarga
di Singapura akan meminta asisten rumah tangga pada agen-agen di Singapura yang
khusus menyediakan asisten rumah tangga dari luar negeri, dimana didalamnya terdapat
TKI. Majikan tersebut akan memberikan uang (menggaji) pada TKI yang dipekerjakan
apabila TKI tersebut mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang diminta
oleh sang majikan untuk dikerjakan. Diketahui pula bahwa tujuan dari kedua
belah pihak tentu jelas berbeda. TKI bekerja dengan tujuan agar mendapatkan
uang dan sang majikan bertujuan agar dapat meringankan pekerjaan rumah
miliknya. Dalam hal ini terjadi pertukaran antara tenaga/ jasa milik TKI dan
materi/ uang dari majikan di Singapura. Oleh sebab itu, majikan di Singapura berperan
sebagai pemimpin transaksional karena ia akan memberikan sesuatu kepada TKI apabila
TKI tersebut melakukan sesuatu untuk dirinya.
WHAT ABOUT TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP?
“Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
dimana seorang pemimpin bertindak mengarahkan organisasi pada suatu tujuan yang
belum pernah diraih sebelumnya, sehingga dalam hal ini pemimpin harus mampu
mengarahkan organisasi menuju arah yang baru.”
(Locke, 1997)
“Kepemimpinan transformasional membuat SDM
yang dipimpin ke arah perkembangan organisasi, perkembangan visi, dan
pembangunan budaya organisasi.”
(Leithwood, dkk.)
Fokus
dari teori kepemimpinan tranformasional adalah dimana pemimpin memotivasi dan menginspirasi para bawahan dengan membantu mereka untuk memahami
potensinya yang kemudian diubah untuk menjadi perilaku nyata dalam suatu
organisasi. Kepemimpinan jenis ini, dapat menumbuhkan kesadaran para pemimpin
untuk bertindak dengan baik sesuai
dengan aturan yang berlaku. Pemimpin transformasional memfokuskan diri mereka pada
kinerja bawahannya.
Pemimpin
transformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner sebab mereka
memiliki visi untuk masa depan dan peka terhadap perubahan di lingkungan sehingga
mampu mengubah berbagai perubahan yang terjadi tersebut menjadi kemajuan dalam
organisasi.
Ciri pemimpin transformasional:
1. Pemimpin yang mampu membantu bawahannya untuk menyadari
seberapa penting kinerja dalam pekerjaan.
2. Pemimpin yang dapat mendorong bawahannya untuk memprioritaskan
kepentingan bersama.
3.
Pemimpin yang dapat membangkitkan semangat kerja
karyawan.
Contoh:
Sebuah tim tari Jaipong dari Indonesia untuk pertama
kalinya masuk final perlombaan tari tingkat internasional yang akan diadakan di
Singapura. Beberapa tim tari yang menjadi pesaing mereka merupakan tim yang
tidak bisa diremehkan karena berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Brunei,
dan Thailand. Oleh sebab itu ketua tim tari Jaipong akan memberikan motivasi
bagi anggota timnya dan menerapkan sistem latihan yang baru agar dapat meningkatkan
kepercayaan diri pada masing-masing anggota timnya. Dalam hal ini, ketua tim
tari Jaipong berperan sebagai pemimpin transformasional.
REFERENCES
Greer,
Charles R. (1995). Strategy and Human
Resources: A General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall.
Hasibuan, Akmaluddin. (2012). Manajemen Perubahan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Robbins, Sthephen P. & Judge, Timothy A. (2008). Organizational behavior, 12th edition. Jakarta: Salemba Empat.
Soekarso & Putong, Iskandar. (2015). Kepemimpinan: kajian teoritis dan praktis. Jakarta: Penerbit Buku dan Artikel.
No comments:
Post a Comment