animasi blog

Wednesday, 13 April 2016

Tugas 3 - Kesehatan Mental (Abraham Maslow)


ABRAHAM MASLOW





Konsep Kepribadian Maslow
Abraham Harold (Abe) Maslow lahir pada 1 April, 1908 di Manhattan, New York dan menghabiskan masa kecilnya dengan tidak bahagia di Brooklyn. Maslow adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dan kehidupan masa kecilnya dipenuhi dengan perasaan malu, rendah diri, dan depredi yang kuat. Maslow sangat membenci ibunya karena dirinya menganggap bahwa ibunya tidak memiliki rasa cinta bagi orang lain.
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Asumsi tersebut yaitu seperti pendekatan menyeluruh pada motivasi, motivasi terdiri dari beberapa hal, orang-orang berulang kali termotivasi untuk berbagai kebutuhan, semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama, dan kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki. Maslow beranggapan bahwa motivasi memengaruhi keseluruhan individu dan berlangsung secara terus-menerus serta berlaku pada semua orang. Orang-orang termotivasi oleh empat dimensi kebutuhan yaitu:
1.      Konatif (usaha yang diniati) yang bersifat instinctoid, dimana apabila berbagai kebutuhan di dalamnya tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan penyakit. Konatif dibagi ke dalam lima kebutuhan berbentuk hierarki yang urutannya dapat terbalik dan seringkali tidak disadari, yaitu :
a)      Kebutuhan fisiologis
b)     Kebutuhan akan rasa aman
c)      Kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan
d)     Kebutuhan akan penghargaan
e)      Aktualisasi diri.
2.      Estetika (kebutuhan akan keteraturan dan keindahan).
3.      Kognitif (kebutuhan akan pengetahuan).
4.      Neurotik (pola hubungan dengan orang lain yang tidak produktif).
Dalam filosofi ilmunya, Maslow juga mengusulkan sikap Taoistik yaitu sikap yang tidak berpengaruh, menerima, mendengarkan ide-ide baru, dan subjektif.

Kepribadian sehat menurut Maslow
Menurut Maslow, kepribadian yang normal dan sehat ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Maslow mengatakan bahwa aktualisasi diri (self actualization) pada individu adalah bagian yang berkuasa. Dalam hal ini, individu berjuang secara terus-menerus untuk merealisasi potensi yang dimilikinya pada bagian yang terbuka baginya. Potensi individu jika berada di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian individu tersebut menjadi sehat.
Apabila terdapat kegagalan atau ketidaksempurnaan individu untuk memuaskan kebutuhan dasar mereka, maka dapat mengakibatkan individu merasa kekurangan akan sesuatu karena kebutuhan memberikan sumbangan yang besar untuk berkembang seperti dalam bentuk kesehatan yang lebih baik maupun usia yang panjang. Kegagalan memenuhi kebutuhan dianggap sebagai penyebab utama psikopatologi, karena pengalaman kasih sayang anak-anak menjadi dasar perkembangan kepribadian yang sehat.
Kebutuhan yang lebih rendah hanya menghasilkan kepuasan biologis, sedangkan kebutuhan yang lebih tinggi dapat memberikan kepuasan biologis dan psikologis karena menghasilkan kebutuhan kehidupan batin. Namun, kebutuhan yang lebih tinggi melibatkan lebih banyak persyaratan dan lebih kompleks dibanding kepuasan pada tingkat yang lebih rendah. Menurut Maslow, penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang apabila terkait dengan fungsi psikologis seseorang.

Ciri-ciri kepribadian sehat
1.   Menerima realitas secara tepat
Individu yang sehat mengamati segala hal secara objektif dan peka terhadap ketidakjujuran. Mereka bersandar pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka. Semakin berpikir objektif, semakin baik pula kemampuan kita untuk berpikir secara logis. Sedangkan kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran subyektif mereka sendiri.
2.   Menerima diri dan orang lain apa adanya
Individu yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang menerima diri mereka. Meskipun manusia memiliki berbagai kelemahan, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah karena mereka menerima takdir mereka. Mereka santai dan puas dengan diri mereka sendiri dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan. Namun, orang-orang yang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan bersalah atas kekurangan yang dimiliki diri mereka.
3.   Bertidak secara alamiah dan tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku sesuai dengan kodrat mereka.
4.   Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu cocok untuk mereka. Pekerjaan bagi mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan bukan untuk mendapatkan uang atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan kebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemampuan mereka, serta menumbuhkan potensi diri.
5.   Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak tergantung pada orang lain untuk kepuasan mereka. Tingkah laku dan perasaan mereka terbilang egosentris sebab terfokus kepada diri mereka sendiri. Sebaliknya, orang-orang neuorotis terbilang sangat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan diri mereka.
6.   Memiliki ruang untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik. Kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka. Berbagai kemalangan yang dapat mengahancurkan individu yang sehat hampir tidak dirasakan oleh diri mereka sendiri.
7.   Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai berbagai pengalaman tertentu dapat menjadi suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai akibatnya, mereka merasa kurang pasti tetapi tetap berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8.   Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Maslow menunjukkan bahwa terdapat pengalaman-pengalaman ringan yang terkadang terjadi pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih sering daripada individu lain dan mungkin sering kali terjadi setiap hari.
9.   Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia karena mereka memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap manusia yang lainnya. Orang-orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal-hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahami hal-hal itu dengan lebih jelas.
10.   Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman
Individu yang sehat memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam, serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Mereka tidak menyukai dan kejam terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong. Cinta mereka bukan cinta yang egoistik. Mereka memberi cinta sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri mereka sendiri.
11.   Mengarah pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat menerima semua orang tanpa memperhatikan perbedaan seperti kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, ras, atau warna kulit. Mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12.   Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya. Mereka sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Orang yang kurang sehat seringkali bingung atau tidak konsisten dalam banyak hal dan berganti-ganti antara benar dan salah menurut keuntungannya.
13.   Memiliki rasa humor yang tinggi
Humor pengaktualisasian diri bersifat filosofis yakni humor yang menertawakan manusia pada umumnya, tetapi bukan kepada seseorang yang khusus. Sedangkan individu yang kurang sehat menertawakan 3 macam humor yaitu humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus.
14.   Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri mereka adalah asli dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni. Bagi mereka, kreatifitas merupakan suatu sikap dan suatu ungkapan kesehatan psikologis serta lebih mengenai bagaimana cara individu mengamati dan beraksi terhadap dunia.
15.   Memiliki integritas tinggi yang total
Pengaktualisasian diri dapat berdiri sendiri atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir atau bertindak menurut cara- cara tertentu. Akan tetapi mereka tidak terus terang mengenai kebudayaan. Daftar kualitas-kualitas pribadi yang hebat ini mungkin tampaknya seperti suatu pernyataan yang berlebihan atau karikatur dari kepribadian yang sangat sehat.

Perkembangan kesehatan mental menurut Maslow
Maslow ditentang oleh hasil generalisasi mengenai penemuan yang diturunkan dari penelitian atas “orang yang sakit mental” menjadi manusia yang utuh, ia berpendapat bahwa psikologi seharusnya memberi perhatian pada penelitian tentang kesehatan mental, yang mana dia memandang sebagai pemenuhan terhadap lima hierarki motivasi yang dikemukakannya. Dia mendasarkan teori motivasinya pada asumsi yang  optimis mengenai instrinsik manusia yang bersifat baik. Oleh karena itu, meskipun Maslow dianggap sebagai pendiri psikologi humanistik, dia juga dipandang sebagi pelopor dari Psikologi Transpersonal. Pandangannya yang menghubungkan kapasitas untuk pengalaman puncak (peak experience), menemukan resonansi dalam budaya tanding pada 1960-an dan ia dianggap sebagai nabi utama dari gerakan kesadaran. Selama 1960 dan 1970-an psikologi transpersonal berkembang berdampingan dengan penelitian tentang kondisi kesadaran yang lain. Meskipun demikian, pandangan Maslow tentang kondisi manusia dan model kesehatannya mampu membuka bidang baru dalam psikologi.

Kesimpulan

Teori kepribadian Maslow berdasarkan asumsi dasar mengenai motivasi. Maslow beranggapan bahwa motivasi memengaruhi keseluruhan individu dan berlangsung secara terus-menerus serta berlaku pada semua orang. Orang-orang termotivasi oleh lima kebutuhan berbentuk hierarki yang urutannya dapat terbalik dan seringkali tidak disadari, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, aktualisasi diri.
Menurut Maslow, manusia untuk bersifat baik secara manusiawi dan biologis. Kepribadian yang normal dan sehat ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Apabila terdapat kegagalan atau ketidaksempurnaan individu untuk memuaskan kebutuhan dasar mereka, maka dapat mengakibatkan psikopatologi.
Ciri kepribadian sehat menurut Maslow yaitu menerima realitas secara tepat, menerima diri dan orang lain apa adanya, bertidak secara alamiah dan tidak dibuat-buat, memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan, memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain, memiliki ruang untuk diri pribadi, menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru, memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak, memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat, memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman, mengarah pada nilai-nilai demokratis, memiliki nilai-nilai moral yang tangguh, memiliki rasa humor yang tinggi, menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif, dan memiliki integritas tinggi yang total.


DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2012). Teori Kepribadian Buku 1 Ed. 7 (1st book Theories of Personality 7th). Jakarta : Salemba Humanika.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius.

No comments:

Post a Comment