ANOREXIA NERVOSA
Nama Kelompok :
Alya
C. Prasasti (10514914)
Dinda
Chaerani (13514158)
Marsya
Khirunnisa (16514426)
Regina
Dea (19514004)
2 PA 01
DEFINISI
ANOREXIA NERVOSA
Anorexia Nervosa merupakan gangguan makan
dengan karakteristik melaparkan diri. Anorexia adalah aktivitas untuk menguruskan
badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang
ketat. Penderita anorexia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk
memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan.
Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka
mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera
merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet
mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa
menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian. Anoreksia nervosa berkembang pada tahap remaja awal dan
akhir, antara usia 12 dan 18 tahun, namun kemunculan pada usia yang lebih awal
atau lebih tua juga terkadang ditemukan.
Orang
lain mungkin melihat mereka sebagai “kulit membalut tulang”, namun wanita
anoreksik memiliki citra tubuh yang terdistorsi dan akan tetap melihat diri
mereka terlalu gemuk. Meskipun mereka secara sengaja membuat diri mereka lapar,
mereka akan menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan membicarakan
makanan, dan bahkan mempersiapkan makanan untuk orang lain (Rock &
Curran-Celentano, 1996).
American Psychiatric Assosiation (1994)
memberikan pengertian mengenai Anorexia Nervosa yaitu adalah kesalahan
memandang berat badan atau bentuk badan. Individu yang mengalami gangguan ini
mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan berat badan, sehingga
cenderung melakukan penolakan berat badan normal sesuai umur dan berat badan.
Menurut Townsend (1998) Anorexia Nervosa
adalah sindrom klinis dimana seseorang mengalami rasa takut yang tidak wajar
terhadap kegemukan. Hal ini dicirikan oleh distorsi yang kasar dari bayangan
tubuh, memikirkan secara berlebihan tentang makanan dan penolakan untuk makan.
Anorexia Nervosa berarti kekurangan nafsu makan, tetapi sebenarnya penderita
anorexia nervosa merasakan lapar dan juga berselera terhadap makanan,
mempelajari tentang makanan dan kalori, menimbun, menyembunyikan dan sengaja
membuang makanan.
Sementara menurut DSM-IV, anoreksia nervosa
(AN) dimaksudkan dengan “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85%
dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan,
dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut”. AN terbagi
kedalam dua jenis yaitu:
1.
Restricting Type: individu tersebut menurunkan berat badan
dengan berdiet saja tanpa makan secara berlebihan (binge eating) atau
muntah kembali (purging). Mereka terlalu membatasi konsumsi karbohidrat
dan makanan yang mengandung lemak.
2.
Binge-eating/
Purging type: individu
tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara
sengaja. (APA, 2005)
CIRI
– CIRI PENDERITA ANOREXIA NERVOSA
Karakteristik diagnostik untuk anoreksia nervosa, yaitu :
1.
Menolak
untuk mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan minimal yang
normal sesuai dengan usia dan tinggi seseorang; misalnya, berat badan 15% di
bawah normal.
2.
Ketakutan
yang kuat terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun tubuhnya
kurus
3.
Citra
tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang-atau bagian tubuh
seseorang-dipandang sebagai gemuk, walaupun orang lain memandang orang tersebut
kurus
4.
Mempelajari tentang makanan dan kalori secara
berlebihan
5.
Menyembunyikan
atau sengaja membuang makanan
6.
Dalam
kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga atau
lebih periode menstruasi.
Tanda dan gejala medis lainnya :
1.
Denyut
jantung lambat
2.
Tekanan
darah rendah
3.
Suhu tubuh
rendah
4.
Pembangkakan
jaringan karena penimbunan cairan (edema)
5.
Rambut
yang tipis dan lembut atau rambut tubuh dan wajah yang berlebihan
PENYEBAB ANOREXIA NERVOSA
Sebagian
besar spesialis percaya bahwa gangguan tersebut berasal dari gabungan sejumlah
faktor seperti :
1.
Faktor Biologis
Genetik beserta hormon dapat
berefek pada berkembangnya perilaku anoreksia nervosa. Berdasarkan situs
kesehatan healthline.com, terdapat kaitan antara perilaku anoreksia
dengan kadar serotonin—sejenis zat kimia yang diproduksi di otak.
2. Faktor Lingkungan
Kesan yang luas bahwa “cantik
adalah terlihat kurus” bisa menjadi penyebab seseorang mulai mengembangkan
kelainan perilaku makan. Gambar-gambar model di majalah maupun televisi dapat
berdampak besar pada anak-anak gadis yang kemudian menyulut hasrat untuk
menjadi kurus.
3. Faktor Psikologis
Seseorang dengan OCD (Obsessive-Compulsive
Disorder) bisa saja memiliki kecenderungan ekstra untuk menerapkan
program diet ketat dan pola latihan yang sangat sulit dilanggar. Jika memiliki
OCD, Anda mungkin berjuang mencapai kesempurnaan namun tetap merasa seperti
tidak akan pernah meraihnya.
4. Sosiokultural
Kultur negara barat sering
menanamkan dan mempertebal keinginan untuk kurus. Media banyak menayangkan
gambar model atau aktor bertubuh kurus. Kesuksesan dan keberhasilan selalu
dikaitkan dengan tubuh kurus. Faktor pertemanan sebaya dapat menjadi alasan
untuk menjadi kurus, khususnya pada gadis muda. Bagaimanapun, anorexia dan
gangguan makan lain telah ada sejak berabad lalu, menunjukkan bahwa
sosiokultural bukanlah semata-mata menjadi penyebab.
5. Trauma yang sangat
membekas
Trauma yang sangat
membekas di masa lalu seperti pelecehan atau bully yang dialami di masa kecil
sangat rentan dan beresiko menyebabkan anorexia diusia remaja atau dewasa.
6. Kepribadian
Seseorang yang mudah
marah, emosional, citra diri yang rendah, perfeksionis, dan obsesif juga sangat
berpotensi menderita anorexia. Kepribadian yang demikian sangat rentan
mengalami perubahan suasana hati dan emosi yang sangat berpotensi menyebabkan
anorexia dikemudian hari.
7. Usia
Usia puber atau remaja dan
dewasa muda sangat rentan dan beresiko menyebabkan anorexia. Selain karena
perubahan hormonal dalam tubuh, kondisi emosional yang masih labil menyebabkan
remaja dan dewasa muda sangat rentan mengalami anorexia nervosa.
8. Manajemen stres yang
keliru
Manajemen stres yang keliru seperti
sikap pesimis, kecemasan, perasaan negatif atau menolak untuk menghadapi suatu
masalah juga berpotensi menyebabkan gangguan anorexia. Orang yang pesimis
dengan bentuk tubuhnya yang besar misalnya, sangat berpotensi menyebabkan
anorexia dikemudian hari.
GANGGUAN
KESEHATAN AKIBAT ANOREXIA
1.
Jantung
Penderita anorexia sangat membatasi jumlah kalori yang mereka konsumsi.
Hal ini menyebabkan tubuh tidak mendapatkan asupan bahan bakar apapun. Kemudian
tubuh berubah ke “mode kelaparan” dengan memperlambat semua proses tubuh.
Lama-kelamaan tubuh akan mulai mengonsumsi dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
akan berbagai nutrisi.
Ada sekitar 5-10% orang yang mengalami anorexia nervosa dan kebanyakan meninggal karena penyakit jantung. Jantung
rawan mengalami gangguan akibat kurangnya jumlah nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh.
Jantung
tersusun dari otot. Tubuh orang yang menderita anorexia akan mengonsumsi massa
otot untuk energi, sehingga jantung juga kehilangan massa dan semakin kecil dan
lemah.
2.
Tulang
Anorexia
biasanya dimulai pada masa remaja, tulang menjadi bagian tubuh yang rawan
mengalami kerusakan. Umumnya pada masa pubertas massa tulang kita akan
bertambah, namun penderita anorexia nervosa justru kehilangan massa tulang.
Keropos tulang dapat terjadi 6 bulan setelah seseorang mulai menunjukkan
perilaku anorexia. Hal ini mengakibatnkan patah tulang dan osteoporosis yang
terjadi pada usia dini.
3.
Kerusakan berbagai sistem tubuh
Anorexia nervosa merupakan
gangguan mental parah yang berpotensi merusak hampir semua sistem tubuh. Anorexia dapat menyebabkan anemia dan jumlah sel darah
putih menurun, sehingga membuat penderita rentan terhadap penyakit. Hal
tersebut juga menyebabkan kulit kering, rambut rontok, gigi longgar, dan dapat
merusak kesuburan wanita karena hilangnya periode menstruasi.
Penderita anorexia juga mengalami
kekurangan energi, merasa lemah dan dingin, sembelit, serta sakit kepala. Efek
jangka panjang anorexia terhadap tubuh termasuk penyakit jantung, gagal ginjal,
pertumbuhan terhambat dan akhirnya menyebabkan kematian.
PENANGANAN BAGI PENDERITA ANOREXIA NERVOSA
1.
Penanganan Biomedis
a)
Perawatan
di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai
berat badan yang sehat.
b)
Pengobatan
anti depresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan menubah proses
kimia pada otak atau melepaskan depresi yang mendasari.
2.
Psikoterapi
Terapi
psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada pada penderita anorexia.
3.
Terapi Behavioral Cognitive (CBT)
a)
Membantu
penderita anoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan berat badan
dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat.
b)
Untuk
membantu individu dengan gangguan makan dengan cara mengalahkan pikiran dan
keyakinan self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan dan
pola berpikir yang sehat.
4.
Terapi
Keluarga
Dapat
digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi antara
anggota keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Nevid, Jefrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly.
(2003). Psikologi Abnormal.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Papalia, Diane E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 – Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Ratnawati, V., Sofiah, D. (2012). Percaya Diri, Body
Image, dan Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri. Vol 1, No. 2:
hal 130-142.
No comments:
Post a Comment