animasi blog

Saturday 22 July 2017

PERAN PSIKOTERAPI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT - PSIKOTERAPI



APA ITU PSIKOTERAPI?
Psikoterapi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengobati problematika individu terkait dengan emosi, gangguan kejiwaan, gangguan mental, atau ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah yang dimiliki. Dalam psikoterapi terdapat 2 peran di dalamnya, yakni terapis dan klien. Terapis adalah individu yang memberikan bantuan kepada klien mengenai masalahnya, dan klien adalah individu yang memiliki masalah dan memerlukan bantuan terapis. Metode dalam psikoterapi adalah dengan membantu klien untuk mengetahui masalah mereka sendiri, memahami dan mengetahui perasaan, kelemahan, dan kelebihan mereka, serta terapis membantu klien untuk membuat mereka berpikir positif terhadap diri mereka sendiri dan terhadap masalah yang dihadapi. Psikoterapi diketahui dapat sangat efektif dalam mengatasi beberapa gangguan seperti depresi, kecanduan, fobia, masalah-masalah interpersonal, gangguan OCD, post-traumatic stress disorder, bahkan bisa dilakukan bagi penderita skizofrenia.

MANFAAT PSIKOTERAPI
Psikoterapi dianggap sebagai metode yang telah terbukti manfaatnya dalam mengobati dan membantu klien menghadapi permasalahan yang dihadapai. Beberapa manfaat psikoterapi adalah :
©        Membantu klien dalam menemukan pemecahan masalah yang terbaik agar dapat menangani masalah diri mereka sendiri
©             Membantu klien agar dapat lebih memahami diri mereka sendiri
©       Membantu klien untuk mengenali masalah dan memahaminya dari berbagai sudut pandang yang memungkinkan
©  Terapis membantu klien dengan mengajari beberapa cara untuk memiliki keterampilan dalam hidup agar dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik secara intrapersonal maupun interpersonal.

APA PERAN PSIKOTERAPI DALAM KEHIDUPAN DI MASYARAKAT?
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa psikoterapi adalah metode yang digunakan untuk membantu individu dalam mengobati berbagai masalah dan gangguan mentalnya, sehingga tentu psikoterapi memiliki peran penting dalam membantu dan menyejahterakan kesehatan mental dan kehidupan sosial masyarakat. Beberapa hal spesifik mengenai bagaimana pentingnya peran psikoterapi dalam kehidupan di masyarakat dapat dilihat melalui beberapa hal dibawah ini :
©        Psikoterapi dapat digunakan untuk membantu klien agar lebih mengenali diri mereka sendiri termasuk tujuan hidup mereka
©  Psikoterapi dapat membantu individu untuk memiliki kemampuan dalam menanggulangi/ menghadapi masalah yang dimiliki, seperti misalnya membuat diri untuk berpikir lebih logis apabila menghadapi suatu permasalahan sehingga tidak mudah putus asa dan lebih berpikir secara positif
©       Psikoterapi juga dapat membuat individu bisa lebih membangun dan menciptakan hubungan yang positif baik secara intrapersonal maupun interpersonal.
©        Dalam lingkungan yang pernah dilanda suatu bencana, psikoterapi bisa dilakukan bagi masyarakat setempat yang memiliki traumatis terhadap bencana tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Association: “Understanding Psychotherapy and How It Works”. Tersedia dalam http://www.apa.org/helpcenter/understanding-psychotherapy.aspx
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Saturday 15 July 2017

Exposure Therapy (Teori) - PSIKOTERAPI


Apa itu Exposure Therapy?
Exposure therapy adalah prosedur perilaku tunggal yang dapat digunakan untuk individu dengan gangguan yang berkaitan dengan kegelisahan dan kekhawatiran. Namun, keduanya menambahkan bahwa penggunaan exposure sebagai satu-satunya prosedur penanganan tidak selalu memadai.”
(Spiegler & Guevremont, 2003)

Exposure therapy adalah suatu teknik terapi yang berawal dari studi yang dilakukan oleh Masserman terhadap kucing. Exposure therapy merupakan suatu jenis terapi dimana individu/ klien yang memiliki gangguan seperti fobia atau kecemasan yang berlebih akan dihadapkan langsung pada situasi yang membuatnya tidak nyaman. Sebelum dihadapkan langsung pada hal yang ditakuti atau yang paling dapat menimbulkan kecemasan, biasanya terapis akan meminta klien untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu. Sebab, kondisi klien yang tenang dan rileks dapat membuatnya mampu menerapkan alternatif pemikiran yang lebih positif dan rasional. Secara umum, exposure therapy dibagi menjadi dua yakni klien dapat dihadapkan secara langsung (in vivo) pada hal yang dapat menimbulkan kecemasan atau dengan cara membayangkan (in imagino).
Exposure therapy yang dilakukan terus-menerus secara efektif dapat mengurangi kegelisahan/ kecemasan klien. Exposure therapy bertujuan untuk menangani ketakutan dan respon emosi negatif yang timbul pada diri klien dengan mengenalkan klien pada kondisi-kondisi yang dapat memunculkan kecemasan mereka namun tetap pada kondisi yang terkontrol oleh terapis. Ketika individu takut/ memiliki kecemasan yang berlebih ketika menghadapi sesuatu, mereka akan menghindari benda atau situasi tersebut. Perlu diketahui bahwa perilaku ‘menghindari’ tersebut dapat membantu mengurangi rasa takut hanya dalam jangka pendek, dan justru dapat memperburuk rasa takut tersebut dalam jangka panjang.
Metode yang digunakan pada exposure therapy adalah dengan klien ditunjukkan pada situasi yang ditakutinya dengan harapan akan muncul kemampuan menghadapi respon (coping). Dalam hal ini, klien diharapkan dapat menciptakan strategi coping nya sendiri dimana strategi coping tersebut dapat dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan hal-hal lain untuk mencegah timbulnya kecemasan. Bahkan, beberapa psikolog berasumsi bahwa exposure therapy terbukti menjadi jenis terapi yang berhasil dalam membantu klien dengan berbagai masalah, seperti fobia, panic disorder, social anxiety disorder, obsessive-compulsive disorder, PTSD, dan generalized anxiety disorder.

Bentuk-bentuk Exposure Therapy
1.             In vivo exposure therapy
Adalah jenis terapi exposure dimana klien menghadapi hal yang ditakutinya secara langsung dalam kehidupan nyata. Seperti, individu yang memiliki generalized anxiety disorder mungkin sengaja diminta oleh terapis untuk memberikan pidato di depan umum.
2.             Imaginal exposure therapy
Adalah jenis terapi exposure dimana terapis meminta klien untuk membayangkan apa yang ditakutinya. Misalnya, individu yang memiliki PTSD akan diminta oleh terapis untuk mengingat kembali pengalaman traumatis yang pernah dialaminya untuk mengurangi perasaan takut.
3.             Virtual reality exposure therapy
Virtual reality merupakan bentuk teknologi yang dapat digunakan apabila in vivo exposure therapy tidak praktis.
4.             Introceptive exposure therapy
Adalah jenis terapi paparan dimana terapis sengaja membawa klien untuk merasakan sensasi fisik yang tidak berbahaya, namun mampu memunculkan rasa kekhawatiran yang berlebih.

Ilustrasi Exposure Therapy
Misalnya, terdapat seorang klien yang mengaku memiliki ketakutan terhadap darah. Terapis kemudian memintanya untuk relaksasi terlebih dahulu, mencoba membuat klien menjadi tenang jauh sebelum dilakukan exposure therapy. Setelah itu, terapis mencoba untuk mengetahui seberapa parah phobia yang dialami klien dengan mengembangkan daftar situasi yang bervariasi berkaitan dengan darah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan klien. Daftar hierarki untuk klien yang memiliki specific phobia terhadap darah sebagai berikut :
Ø   Mendengar kata darah
Ø   Membayangkan darah
Ø   Melihat cairan berwarna merah (seperti darah)
Ø   Melihat foto darah
Ø   Menonton televisi yang menampilkan gambar darah
Ø   Melihat darah secara langsung dari jarak jauh
Ø   Melihat darah secara langsung dari jarak sangat dekat

DAFTAR PUSTAKA
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Slamet, I.S.S., Markam, S. (2007). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: UI-Press.


Thursday 13 July 2017

Exposure Therapy (Analisis Video) - PSIKOTERAPI

Exposure Therapy



Subjek               : Mariam Dum
Usia                    : 22 tahun
Pekerjaan    : Peneliti di Boston Univ. (Anxiety&Related Disorders)
Gangguan       : Fobia terhadap ular
Treatment         : Exposure Therapy

Selama ini, Mariam hampir menghindari segala kontak yang berhubungan dengan ular baik itu kontak fisik, maupun kontak mata. Ia takut terhadap ular meskipun hanya melihatnya melalui  di televisi.  Ketika Mariam melihat ular maka ia harus menutup matanya. Bahkan ia takut untuk pergi ke kebun binatang. Terapis berhasil memulai pendekatan (rapport) kepada Mariam selama 45 menit, kemudian terapi menjelaskan treatment yang akan dijalani oleh Mariam selama 15 menit. Pada treatment ini terapis meminta Mariam untuk melawan rasa takut yang dimilikinya terhadap ular yang disebut catastrophic belief. Catastrophic belief yang dimiliki oleh Mariam terhadap ular adalah bahwa ia takut apabila suatu saat seekor ular akan lepas dan bergerak bebas dalam suatu ruangan yang sama dengannya sehingga dirinya tidak bisa pergi dan keluar dari ruangan tersebut yang mampu mengakibatkan dirinya mengalami gagal jantung. Bahkan, Mariam memiliki keyakinan bahwa ketika situasi tersebut benar-benar ia alami maka kemungkinan dirinya mati karena ular adalah 70%. Namun setelah terapis berdiskusi dengan Mariam, Mariam yakin bisa sembuh dan mengurangi rasa takut terhadap ular setelah menjalani terapi. Hal ini dikarenakan karena keyakinan dan kemauan Mariam untuk sembuh. Terapis bahkan meminta Mariam untuk menyebutkan pada angka berapa ketakutan Mariam terhadap ular antara 0-100 dan Mariam menjawab pada angka 70-80.
Pertama, terapis meminta Mariam untuk melakukan relaksasi/ deep breathing. Terapis selanjutnya membawa ular berukuran kecil dan hanya berdiri di ujung ruangan membelakangi Mariam selama 2 menit, dengan Mariam yang berada di bagian ujung yang lain dalam ruangan yang sama. Ketika itu sempat terpikir oleh Mariam untuk meninggalkan ruangan. Namun, menurut terapis reaksi yang ditunjukkan oleh Mariam ternyata diluar dugaan dan ia terlihat lebih kuat dari perkiraannya.
Selanjutnya Mariam memperbolehkan terapis untuk membalikkan badan ke arahnya ambil memegang ular yang berada di tangan terapis tersebut selama 3 menit, meskipun Mariam masih menyuruh terapis tersebut untuk tetap berada di ujung ruangan. Reaksi yang ditunjukkan Mariam saat itu adalah masih menangis sambil menutup mata. Terapis kemudian meminta Mariam untuk membuka mata secara perlahan dan melihat ular yang berada di tangan terapis. Mariam kemudian membuka mata sesekali dan mampu melihat ular untuk pertama kalinya. Kecemasan yang dirasakan oleh Mariam pun seakan menurun saat dirinya perlahan mampu untuk melihat seekor ular.
Terapis secara perlahan menuju ke tempat duduk dekat dengan Mariam sambil membawa ular tersebut dan Mariam pergi menjauh ke ujung ruangan sambil melihat ular yang dipegang oleh terapis. Kemudian terapis meminta Mariam untuk mendekatinya secara perlahan dan Mariam melakukannya.
Ketika posisi Mariam berada di tengah-tengah ruangan, terapis meminta Mariam untuk menatap ular tersebut dan memberikan pendapatnya mengenai ular tersebut. Selanjutnya terapis meminta Mariam untuk lebih mendekati dirinya dan Mariam melakukannya secara perlahan dengan duduk di samping terapis yang memegang seekor ular. Setelah satu jam, terapis meminta Mariam untuk memberi nama pada ular tersebut dan Mariam menamainya Elf.
Kemudian, terapis meminta Mariam untuk menyentuh ular tersebut dan Mariam melakukannya sedikit demi sedikit. Terapis kemudian menawarkan untuk menaruh ular tersebut di paha Mariam dan Mariam mengijinkannya.  Terapis kemudian melakukan hal yang menjadi catastrophic belief bagi Mariam yakni dengan menaruh ular di lantai pada ruangan yang sama dengan Mariam. Setelah hal tersebut dilakukan, Mariam kemudian menilai bahwa catastrophic belief yang dimilikinya kini telah mencapai nilai 0.
Setelah Mariam tidak lagi memiliki fobia terhadap ular, terapis kemudian menyarankan Mariam untuk menonton tayangan mengenai binatang-binatang serta untuk pergi ke taman dan kebun binatang agar Mariam dapat membiasakan diri untuk melihat ular. Dua bulan setelah treatment, Mariam mengaku bahwa dirinya pernah bermimpi tentang ular namun dirinya sama sekali tidak merasa cemas. Kini, ia bisa menonton tayangan binatang dan melihat gambar-gambar ular tanpa perasaan takut sama sekali.



Saturday 1 April 2017

BERBAGAI TERAPI DALAM ALIRAN BEHAVIORISME - PSIKOTERAPI


TERAPI BEHAVIORISME
Apabila dilihat dari sudut pandang behavioris, terapi dianggap sebagai salah satu upaya yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki individu dengan menggunakan teknik belajar. Tujuan terapi yang menganut pandangan behaviorisme ini yaitu mengurangi dan bahkan menghilangkan perilaku individu yang maladaptif sehingga bisa membantu individu untuk mengubah dan membangun kembali perilaku yang lebih baik. Maksud dari perilaku yang maladaptif adalah perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan sekitar, dimana hal tersebut dapat dilihat melalu perbedaan perilaku individu tersebut dibandingkan dengan perilaku orang-orang yang berada di sekitarnya.

JENIS-JENIS TERAPI
1.        Exposure Therapy
Exposure therapy adalah suatu teknik terapi yang berawal dari studi yang dilakukan oleh Masserman terhadap kucing. Pada terapi ini, klien akan diminta untuk berhadapan dengan stimulus yang sebelumnya sangat ditakuti dan dihindari karena menimbulkan kecemasan. Eksposure tersebut bisa secara nyata (in vivo) atau dengan cara membayangkan (in imagino).

2.        Systematic Desensitization
Systematic desensitization adalah salah satu teknik dalam terapi behaviorisme yang dikembangkan oleh Salter dan Wolpe dan dapat digunakan untuk mengurangi rasa cemas. Konsep yang paling penting dalam teknik ini adalah dengan mengajari klien untuk rileks, kemudian terapis secara bertahap akan menunjukkan stimulus yang dapat membuat klien cemas. Perlahan di sini maksudnya adalah dengan cara menunjukkan stimulus tersebut dari tahap yang paling ringan hingga ke yang paling berat (yang paling membuat klien cemas).

3.        Contingency Management
Contingency management merupakan teknik dalam terapi behaviorisme yang biasanya digunakan oleh anak-anak atau remaja dan bertujuan untuk mengontrol perilaku dengan cara memanipulasi konsekuensi yang dimiliki.
Bentuk lain dari terapi ini adalah token economy, yaitu terapi yang dilakukan untuk memperkuat perilaku dengan cara memberikan penguatan berupa poin dan apabila individu tersebut bisa mencapai jumlah yang telah ditentukan, maka poin tersebut dapat ditukarkan dengan hal yang istimewa.

4.        Behavioral Rehearsal
Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengembangkan kemampuan individu dalam mengatasi perilaku-perilaku tertentu yang dimilikinya latihan sandiwara. Dalam teknik ini terdapat tiga hierarki di dalamnya. Melalui hierarki yang telah direncanakan tersebut, klien akan memainkan peran yang telah ditentukan, sedangkan terapis sebagai pelatih dan akan memberikan komentar sandiwara yang dilakukan klien. Namun yang paling penting adalah adalah pemanfaatan perilaku secara nyata dari perilaku klien yang baru di kehidupan nyata.

5.        Aversion Therapy
Aversion therapy merupakan salah satu teknik terapi dimana pengaplikasiannya berdasarkan suatu prinsip bahwa ketika respon tertentu diikuti oleh konsekuensi yang negatif (hukuman), maka perilaku tersebut akan menghilang sedikit demi sedikit.

SUMBER :
Prinstein, M. J., & Trull, T. J. (2013). Clinical psychology eighth edition. California: Cengage Learning.
Riyanti, B.P. Dwi., P, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.


Thursday 30 March 2017

BERBAGAI TERAPI DALAM ALIRAN HUMANISTIK - PSIKOTERAPI


TERAPI HUMANISTIK
Abraham Maslow merupakan seorang tokoh yang paling dikenal melalui teori humanistik yang dikemukakannya. Teori yang paling dikenal yaitu teori kebutuhan Maslow. Selain Maslow, tokoh lain yang juga terkenal dalam teori humanistik ini adalah Carl Rogers yang terkenal karena metode terapi yang digunakannya, yaitu metode Client-Centered Therapy. Konsep utama dari terapi humanistik adalah menekankan pada masa kini atau masa sekarang yang dimiliki individu, meskipun juga memusatkan pada pengalaman dasar manusia. Dalam terapi yang menggunakan pendekatan humanistik, terapis bertujuan untuk menghapus segala hal yang dapat mengahambat seseorang dalam mencapai aktualisasi diri, menjernihkan pola pikir dan perasaan seseorang serta membantunya untuk memecahkan masalahnya sendiri

JENIS-JENIS TERAPI
1.        Client-Centered Therapy
Client-Centered Therapy adalah jenis terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Terapi ini biasanya digunakan pada individu mengalami problematika secara emosional yang mampu membuat individu tersebut menjadi pribadi yang tidak berfungsi sepenuhnya. Dalam terapi ini, kepercayaan yang dibangun antara klien dan terapis merupakan kunci utama dari keberhasilan terapi ini. Dengan adanya hubungan dan kepercayaan yang baik antara keduanya, maka terapis dapat membuat klien merasa bebas dalam mengeksplorasi hal-hal di dalam kekehidupannya yang sekarang diingkari.
Client-Centered Therapy menggunakan beberapa teknik dasar yang mencakup mendengarkan, merefleksikan perasaan/ pengalaman individu, dan menjelaskan. Tetapi, perlu diketahui bahwa dalam terapi ini, terapis tidak berusaha untuk menggali informasi lebih dalam dan lebih jauh lagi. Hubungan yang dibangun antara klien dan terapis harus baik mencakup beberapa hal seperi terapis harus bisa menerima klien tanpa adanya penilaian terhadapnya baik secara positif atau negatif, perkataan dan perbuatan terapis harus bersifat selaras, dan terapis harus memiliki empati yang kuat.

2.        Gestalt Therapy
Terapi gestalt adalah terapi yang dikembangkan oleh Fritz Perls. Konsep utama dari terapi ini adalah adanya penerimaan diri dan tanggung jawab. Fokus utama terapi ini adalah dengan menantang klien untuk merubah ketergantungan yang ada dalam dirinya sendiri terkait dukungan yang diberikan oleh lingkungan menjadi kepada dukungan dari diri sendiri. Dalam pendekatan ini juga, terapis jauh lebih memusatkan perhatian pada perilaku yang ditunjukkan oleh klien.
Salah satu kelebihan dari terapi ini adalah pengalaman masa lalu yang dimiliki klien akan dibawa ke masa sekarang, sehingga hasilnya jauh lebih baik daripada hanya terfokus pada pengalaman masa lalu klien saja, namun memang paerlu diakui bahwa kekurangan dalam terapi ini adalah kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif yang dimiliki individu.


3.        Analisis Transaksional
Eric Berne merupakan seorang tokoh dokter jiwa yang mengembangkan terapi analisis transaksional. Terapi analisis transaksional merupakan salah satu bentuk terapi yang terfokus pada kemampuan individu dalam pengambilan keputusan, sebab terapi ini menekankan pada aspek cognitive-rational-behavioral yang dimiliki individu ketika melakukan pengambilan keputusan. Terapi ini merupakan terapi dengan metode yang cepat dan praktis sebab terapi ini pada awalnya digunakan oleh Berne untuk memeriksa kondisi mental ratusan prajurit Amerika sehingga ia memiliki waktu yang terbatas.

4.        Rational-Emotive Therapy
Manusia dianggap sebagai makhluk yang unik dan memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan irasional, dimana hal tersebut dikemukakan oleh tokoh Rational-Emotive Therapy yaitu Albert Ellis. Manusia yang berpikir rasional akan merasa bahagia, dan berkompeten melakukan segala hal, sedangkan ketika etika berpikir irasional maka individu menjadi kurang efektif dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Adanya reaksi emosional dalam diri seseorang dapat disebabkan oleh interpretasi dan persepsi yang hadir dalam diri baik secara disadari maupun tidak. Adanya hambatan emosional tersebut merupakan akibat dari pola pikir individu yang irasional, dimana emosi menyertai individu dalam berpikir. Pola pikir manusia yang tidak rasional biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat individu dibesarkan. Pola pikir irasional akan terlihat dari kata-kata yang digunakan yang mampu menunjukkan bagaimana cara berpikir manusia.

5.        Analisis Eksistensial dan Logotherapy
Tokoh yang mengembangkan terapi analisis eksistensial tidak hanya satu melainkan dua tokoh, diantaranya Rollo May dan James F. T. Bugental. Sedangkan logotherapy dikembangkan oleh Viktor Frankl. Mengubah pola piker manusia merupakan konsep dasar yang terdapat dalam terapi eksistensial ini. Perubahan pola pikir tersebut mencakup dari kondisi inidivu yang lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengambil alih dan mengontrol kehidupannya sendiri, serta menemukan kesadaran diri. Konsep teori eksistensialis ini tidak memandang proses terapi sebagai cara untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang mengalami bermasalah, namun terapi ini memandang klien sebagai individu bukan hanya sekadar dilihat dari aspek perilakunya tetapi juga dari segi mekanisme diri nya sendiri.

SUMBER
Palmer, S. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Papalia, DE, Olds dan Feldman. (2009). Human Development Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill.

Sunday 26 March 2017

BERBAGAI TERAPI DALAM ALIRAN PSIKOANALISA - PSIKOTERAPI


APA ITU TERAPI PSIKOANALISIS?
Psikoanalisa merupakan teori dari psikoterapi yang berasal dari Sigmund Freud sebagai pencetus teori psikoanalisa itu sendiri. Freud mengatakan bahwa timbulnya gejala neurotis pada individu bisa disebabkan karena memori yang ditekan. Memori yang ditekan tersebut biasanya seringkali mengenai hal yang membuat traumatis terkait dengan pengalaman seksual pada masa kanak-kanak.

TUJUAN TERAPI PSIKOANALISIS
Untuk merekonstruksi kembali karakter individu dengan cara membuat individu merasa sadar akan hal yang sebenarnya tidak disadari dalam diri klien dan terfokus pada usaha pengembaliannya diri ke pengalaman masa kecil.

JENIS-JENIS TERAPI
1)         Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan suatu prosedur yang penting untuk mengetahui hal-hal yang tidak disadari dan memberikan penjelasan kepada klien atas beberapa area masalah yg tidak terselesaikan. Buku Freud yang terkenal dan berkaitan tentang analisis mimpi yaitu berjudul “The Interpretation of Dreams”. Bagi Freud, mimpi adalah pemenuhan yang tersamarkan dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan.
Selama individu tertidur, pertahanan dirinya melemah sehingga perasaan-perasaan yang ditekan akan muncul meskipun dalam bentuk lain. Freud juga beranggapan bahwa melalui mimpi, maka hasrat, kebutuhan, dan ketakutan tak sadar yang dimiliki manusia dapat diketahui. Mimpi memiliki dua tingkatan, yaitu isi laten yang terdiri atas motif-motif yang tersembunyi dan tidak disadari karena menyakitkan dan mengancam. Dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar (isi laten) diubah ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu mimpi yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya.
Dalam analisis mimpi, tugas terapis adalah mengartikan makna yang disamarkan oleh si pemimpi dengan mempelajari berbagai tanda yang terdapat dalam isi manifes.

  
2)       Asosiasi Bebas
Teknik utama dalam terapi psikoanalisis adalah asosiasi bebas. Asosiasi bebas adalah metode untuk memanggil kembali pengalaman individu yang berkaitan dengan situasi traumatis di masa lalu dengan cara meminta klien untuk berbaring di atas sofa dan terapis duduk di belakang kepalanya. Hal tersebut berguna agar terapis tidak mengalihkan perhatian klien ketika asosiasinya sedang mengalir dengan bebas. Dalam terapi ini, terapis meminta klien untuk mengosongkan pikirannya mengenai pikiran atau renungan sehari-hari, serta dapat mengatakan apa pun yang muncul dan melintas dalam pikiran.
3)       Penafsiran (Interpretasi)
Interpretasi adalah prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi, dan transferensi. Dalam metode interpretasi, terapis menyatakan dan mengajarkan klien makna dari setiap tingkah laku yang dimanifestasikan di dalam mimpi, asosiasi bebas, dan resistensi. Fungsi dari interpretasi adalah agar dapat mendorong ego untuk bisa mempercepat proses pemberian arti pada alam bawah sadar. Interpretasi yang diberikan oleh terapis bisa menghasilkan pemahaman pada diri klien.

4)       Analisis Resistensi
Resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari berbagai alasan yang ada dibalik resistensi sehinggag klien dapat menanganinya. Resistensi dapat mencegah klien mengemukakan hal-hal yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan penolakan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai peristiwa dilematis tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang mungkin muncul dan akan meningkat apabila klien sadar atas perasaan yang ditekan tersebut.

5)       Analisis Transferensi
Selain asosiasi bebas, analisis transferensi juga merupakan teknik utama dalam teori psikoanalisis karena mendorong klien untuk memunculkan kembali pengalaman masa lalunya dalam terapi. Transferensi adalah pemindahan emosi dari satu hal ke hal lain, atau lebih khususnya adalah pemindahan emosi dari orang tua kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti seperti kasih saying. Misalnya adalah ketika seorang klien jatuh cinta pada terapis sebagai pemindahan dari orang tuanya. Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat memunculkan kembali masa lalu klien dalam terapi dan memungkinkan klien agar bisa mendapat pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi dan konflik yang ada, serta mengatakan kepada klien pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya di masa kini.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TERAPI PSIKOANALISIS
Kelebihan :
1.      Terapi-terapinya berdasar pada teori yang kuat.
2.    Terapis dapat mengungkap masa lalu klien secara mendalam.
3.  Dapat membantu klien mengetahui masalah apa yang sebenarnya tidak disadarinya.
Kekurangan:
1.   Terapis harus sudah sangat menguasai dan terlatih dalam melakukan terapi.
2.    Memakan banyak waktu dan biaya
3.    Tidak semua pengalaman masa lalu dapat dibawa ke alam sadar

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Feist, J., Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta: Salemba Humanika.
Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: C.V. Pustaka  Bani Quraisy.