Psikoterapi merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengobati problematika individu terkait dengan emosi, gangguan
kejiwaan, gangguan mental, atau ketidakmampuan individu dalam menghadapi
masalah yang dimiliki. Dalam psikoterapi terdapat 2 peran di dalamnya, yakni
terapis dan klien. Terapis adalah individu yang memberikan bantuan kepada klien
mengenai masalahnya, dan klien adalah individu yang memiliki masalah dan
memerlukan bantuan terapis. Metode dalam psikoterapi adalah dengan membantu klien
untuk mengetahui masalah mereka sendiri, memahami dan mengetahui perasaan, kelemahan,
dan kelebihan mereka, serta terapis membantu klien untuk membuat mereka
berpikir positif terhadap diri mereka sendiri dan terhadap masalah yang
dihadapi. Psikoterapi diketahui dapat sangat efektif dalam mengatasi beberapa
gangguan seperti depresi, kecanduan, fobia, masalah-masalah interpersonal, gangguan
OCD, post-traumatic stress disorder, bahkan bisa dilakukan bagi penderita skizofrenia.
MANFAAT
PSIKOTERAPI
Psikoterapi dianggap sebagai metode yang
telah terbukti manfaatnya dalam mengobati dan membantu klien menghadapi
permasalahan yang dihadapai. Beberapa manfaat psikoterapi adalah :
APA PERAN
PSIKOTERAPI DALAM KEHIDUPAN DI MASYARAKAT?
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa psikoterapi
adalah metode yang digunakan untuk membantu individu dalam mengobati berbagai masalah
dan gangguan mentalnya, sehingga tentu psikoterapi memiliki peran penting dalam
membantu dan menyejahterakan kesehatan mental dan kehidupan sosial masyarakat.
Beberapa hal spesifik mengenai bagaimana pentingnya peran psikoterapi dalam
kehidupan di masyarakat dapat dilihat melalui beberapa hal dibawah ini :
“Exposure therapy adalah prosedur perilaku tunggal yang dapat
digunakan untuk individu dengan gangguan yang berkaitan dengan kegelisahan dan kekhawatiran.
Namun, keduanya menambahkan bahwa penggunaan exposure sebagai satu-satunya prosedur penanganan tidak selalu
memadai.”
(Spiegler
& Guevremont, 2003)
Exposure
therapy adalah suatu teknik terapi yang berawal dari studi
yang dilakukan oleh Masserman terhadap kucing. Exposure therapy merupakan suatu jenis terapi dimana individu/
klien yang memiliki gangguan seperti fobia atau kecemasan yang berlebih akan dihadapkan
langsung pada situasi yang membuatnya tidak nyaman. Sebelum dihadapkan langsung
pada hal yang ditakuti atau yang paling dapat menimbulkan kecemasan, biasanya
terapis akan meminta klien untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu. Sebab, kondisi
klien yang tenang dan rileks dapat membuatnya mampu menerapkan alternatif pemikiran
yang lebih positif dan rasional. Secara umum,
exposuretherapy dibagi menjadi
dua yakni klien dapat dihadapkan secara langsung (in vivo) pada hal yang dapat menimbulkan kecemasan atau dengan cara
membayangkan (in imagino).
Exposure
therapy yang dilakukan terus-menerus secara efektif dapat
mengurangi kegelisahan/ kecemasan klien. Exposuretherapy bertujuan untuk menangani ketakutan
dan respon emosi negatif yang timbul pada diri klien dengan mengenalkan klien
pada kondisi-kondisi yang dapat memunculkan kecemasan mereka namun tetap pada kondisi
yang terkontrol oleh terapis. Ketika individu takut/ memiliki kecemasan yang
berlebih ketika menghadapi sesuatu, mereka akan menghindari benda atau situasi
tersebut. Perlu diketahui bahwa perilaku ‘menghindari’ tersebut dapat membantu mengurangi
rasa takut hanya dalam jangka pendek, dan justru dapat memperburuk rasa takut
tersebut dalam jangka panjang.
Metode yang
digunakan pada exposure therapy adalah
dengan klien ditunjukkan pada situasi yang ditakutinya dengan harapan akan muncul
kemampuan menghadapi respon (coping).
Dalam hal ini, klien diharapkan dapat menciptakan strategi coping nya sendiri dimana strategi coping tersebut dapat dipakai untuk mengontrol situasi, diri
sendiri dan hal-hal lain untuk mencegah timbulnya kecemasan. Bahkan, beberapa
psikolog berasumsi bahwa exposuretherapy terbukti menjadi jenis terapi
yang berhasil dalam membantu klien dengan berbagai masalah, seperti fobia, panic disorder, social anxiety disorder,
obsessive-compulsive disorder, PTSD, dan generalized anxiety disorder.
Bentuk-bentuk
Exposure Therapy
1.In vivo exposuretherapy
Adalah jenis terapi exposure dimana klien menghadapi hal
yang ditakutinya secara langsung dalam kehidupan nyata. Seperti, individu yang
memiliki generalized anxiety disorder
mungkin sengaja diminta oleh terapis untuk memberikan pidato di depan umum.
2.Imaginal exposuretherapy
Adalah jenis terapi exposure dimana terapis meminta klien
untuk membayangkan apa yang ditakutinya. Misalnya, individu yang memiliki PTSDakan diminta oleh terapis untuk
mengingat kembali pengalaman traumatis yang pernah dialaminya untuk mengurangi
perasaan takut.
3.Virtual
reality exposuretherapy
Virtual
reality merupakan bentuk teknologi yang dapat digunakan
apabila invivoexposuretherapy tidak praktis.
4.Introceptive exposuretherapy
Adalah jenis terapi paparan
dimana terapis sengaja membawa klien untuk merasakan sensasi fisik yang tidak
berbahaya, namun mampu memunculkan rasa kekhawatiran yang berlebih.
Ilustrasi
Exposure Therapy
Misalnya,
terdapat seorang klien yang mengaku memiliki ketakutan terhadap darah. Terapis
kemudian memintanya untuk relaksasi terlebih dahulu, mencoba membuat klien
menjadi tenang jauh sebelum dilakukan exposuretherapy. Setelah itu, terapis mencoba
untuk mengetahui seberapa parah phobia
yang dialami klien dengan mengembangkan daftar situasi yang bervariasi berkaitan
dengan darah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan klien. Daftar
hierarki untuk klien yang memiliki specific
phobia terhadap darah sebagai berikut :
ØMendengar
kata darah
ØMembayangkan
darah
ØMelihat
cairan berwarna merah (seperti darah)
ØMelihat
foto darah
ØMenonton
televisi yang menampilkan gambar darah
ØMelihat
darah secara langsung dari jarak jauh
ØMelihat
darah secara langsung dari jarak sangat dekat
DAFTAR PUSTAKA
Semiun,
Y. (2006). Kesehatan mental 2.
Yogyakarta: Kanisius
Slamet,
I.S.S., Markam, S. (2007). Pengantar
psikologi klinis. Jakarta: UI-Press.
Pekerjaan : Peneliti di Boston Univ. (Anxiety&Related Disorders)
Gangguan : Fobia terhadap ular
Treatment : Exposure
Therapy
Selama ini, Mariam
hampir menghindari segala kontak yang berhubungan dengan ular baik itu kontak
fisik, maupun kontak mata. Ia takut terhadap ular meskipun hanya melihatnya
melalui di televisi. Ketika Mariam melihat ular maka ia harus
menutup matanya. Bahkan ia takut untuk pergi ke kebun binatang. Terapis berhasil
memulai pendekatan (rapport) kepada
Mariam selama 45 menit, kemudian terapi menjelaskan treatment yang akan dijalani oleh Mariam selama 15 menit. Pada treatment ini terapis meminta Mariam
untuk melawan rasa takut yang dimilikinya terhadap ular yang disebut catastrophic belief. Catastrophic belief yang dimiliki oleh
Mariam terhadap ular adalah bahwa ia takut apabila suatu saat seekor ular akan
lepas dan bergerak bebas dalam suatu ruangan yang sama dengannya sehingga
dirinya tidak bisa pergi dan keluar dari ruangan tersebut yang mampu
mengakibatkan dirinya mengalami gagal jantung. Bahkan, Mariam memiliki
keyakinan bahwa ketika situasi tersebut benar-benar ia alami maka kemungkinan
dirinya mati karena ular adalah 70%. Namun setelah terapis berdiskusi dengan
Mariam, Mariam yakin bisa sembuh dan mengurangi rasa takut terhadap ular
setelah menjalani terapi. Hal ini dikarenakan karena keyakinan dan kemauan
Mariam untuk sembuh. Terapis bahkan meminta Mariam untuk menyebutkan pada angka
berapa ketakutan Mariam terhadap ular antara 0-100 dan Mariam menjawab pada
angka 70-80.
Pertama, terapis
meminta Mariam untuk melakukan relaksasi/ deep
breathing. Terapis selanjutnya membawa ular berukuran kecil dan hanya
berdiri di ujung ruangan membelakangi Mariam selama 2 menit, dengan Mariam yang
berada di bagian ujung yang lain dalam ruangan yang sama. Ketika itu sempat
terpikir oleh Mariam untuk meninggalkan ruangan. Namun, menurut terapis reaksi
yang ditunjukkan oleh Mariam ternyata diluar dugaan dan ia terlihat lebih kuat
dari perkiraannya.
Selanjutnya Mariam memperbolehkan
terapis untuk membalikkan badan ke arahnya ambil memegang ular yang berada di
tangan terapis tersebut selama 3 menit, meskipun Mariam masih menyuruh terapis
tersebut untuk tetap berada di ujung ruangan. Reaksi yang ditunjukkan Mariam
saat itu adalah masih menangis sambil menutup mata. Terapis kemudian meminta
Mariam untuk membuka mata secara perlahan dan melihat ular yang berada di
tangan terapis. Mariam kemudian membuka mata sesekali dan mampu melihat ular
untuk pertama kalinya. Kecemasan yang dirasakan oleh Mariam pun seakan menurun
saat dirinya perlahan mampu untuk melihat seekor ular.
Terapis secara
perlahan menuju ke tempat duduk dekat dengan Mariam sambil membawa ular
tersebut dan Mariam pergi menjauh ke ujung ruangan sambil melihat ular yang
dipegang oleh terapis. Kemudian terapis meminta Mariam untuk mendekatinya secara
perlahan dan Mariam melakukannya.
Ketika posisi
Mariam berada di tengah-tengah ruangan, terapis meminta Mariam untuk menatap
ular tersebut dan memberikan pendapatnya mengenai ular tersebut. Selanjutnya
terapis meminta Mariam untuk lebih mendekati dirinya dan Mariam melakukannya
secara perlahan dengan duduk di samping terapis yang memegang seekor ular. Setelah
satu jam, terapis meminta Mariam untuk memberi nama pada ular tersebut dan
Mariam menamainya Elf.
Kemudian, terapis
meminta Mariam untuk menyentuh ular tersebut dan Mariam melakukannya sedikit demi
sedikit. Terapis kemudian menawarkan untuk menaruh ular tersebut di paha Mariam
dan Mariam mengijinkannya. Terapis
kemudian melakukan hal yang menjadi catastrophic
belief bagi Mariam yakni dengan menaruh ular di lantai pada ruangan yang
sama dengan Mariam. Setelah hal tersebut dilakukan, Mariam kemudian menilai
bahwa catastrophic belief yang
dimilikinya kini telah mencapai nilai 0.
Setelah Mariam
tidak lagi memiliki fobia terhadap ular, terapis kemudian menyarankan Mariam
untuk menonton tayangan mengenai binatang-binatang serta untuk pergi ke taman
dan kebun binatang agar Mariam dapat membiasakan diri untuk melihat ular. Dua
bulan setelah treatment, Mariam
mengaku bahwa dirinya pernah bermimpi tentang ular namun dirinya sama sekali
tidak merasa cemas. Kini, ia bisa menonton tayangan binatang dan melihat
gambar-gambar ular tanpa perasaan takut sama sekali.
Apabila dilihat dari sudut pandang behavioris,
terapi dianggap sebagai salah satu upaya yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dimiliki individu dengan menggunakan teknik belajar. Tujuan terapi yang
menganut pandangan behaviorisme ini yaitu mengurangi dan bahkan menghilangkan
perilaku individu yang maladaptif sehingga bisa membantu individu untuk mengubah
dan membangun kembali perilaku yang lebih baik. Maksud dari perilaku yang maladaptif
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan
sekitar, dimana hal tersebut dapat dilihat melalu perbedaan perilaku individu
tersebut dibandingkan dengan perilaku orang-orang yang berada di sekitarnya.
JENIS-JENIS
TERAPI
1.Exposure Therapy
Exposure
therapy adalah suatu teknik terapi yang berawal dari studi yang dilakukan
oleh Masserman terhadap kucing. Pada terapi ini, klien akan diminta untuk berhadapan
dengan stimulus yang sebelumnya sangat ditakuti dan dihindari karena menimbulkan
kecemasan. Eksposure tersebut bisa
secara nyata (in vivo) atau dengan
cara membayangkan (in imagino).
2.Systematic Desensitization
Systematicdesensitization adalah salah satu teknik
dalam terapi behaviorisme yang dikembangkan oleh Salter dan Wolpe dan dapat
digunakan untuk mengurangi rasa cemas. Konsep yang paling penting dalam teknik
ini adalah dengan mengajari klien untuk rileks, kemudian terapis secara
bertahap akan menunjukkan stimulus yang dapat membuat klien cemas. Perlahan di sini
maksudnya adalah dengan cara menunjukkan stimulus tersebut dari tahap yang
paling ringan hingga ke yang paling berat (yang paling membuat klien cemas).
3.Contingency Management
Contingency
management merupakan teknik dalam terapi behaviorisme yang biasanya
digunakan oleh anak-anak atau remaja dan bertujuan untukmengontrol perilaku dengan cara memanipulasi konsekuensi yang
dimiliki.
Bentuk lain dari terapi
ini adalah token economy, yaitu terapi
yang dilakukan untuk memperkuat perilaku dengan cara memberikan penguatan
berupa poin dan apabila individu tersebut bisa mencapai jumlah yang telah
ditentukan, maka poin tersebut dapat ditukarkan dengan hal yang istimewa.
4.Behavioral Rehearsal
Tujuan dari teknik ini
adalah untuk mengembangkan kemampuan individu dalam mengatasi perilaku-perilaku
tertentu yang dimilikinya latihan sandiwara. Dalam teknik ini terdapat tiga
hierarki di dalamnya. Melalui hierarki yang telah direncanakan tersebut, klien akan
memainkan peran yang telah ditentukan, sedangkan terapis sebagai pelatih dan akan
memberikan komentar sandiwara yang dilakukan klien. Namun yang paling penting
adalah adalah pemanfaatan perilaku secara nyata dari perilaku klien yang baru di
kehidupan nyata.
5.Aversion Therapy
Aversion
therapy merupakan salah satu teknik terapi dimana pengaplikasiannya
berdasarkan suatu prinsip bahwa ketika respon tertentu diikuti oleh konsekuensi
yang negatif (hukuman), maka perilaku tersebut akan menghilang sedikit demi
sedikit.
SUMBER
:
Prinstein, M. J., & Trull, T. J. (2013). Clinical psychology eighth edition.
California: Cengage Learning.
Riyanti, B.P. Dwi., P, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Abraham Maslow merupakan seorang tokoh yang
paling dikenal melalui teori humanistik yang dikemukakannya. Teori yang paling
dikenal yaitu teori kebutuhan Maslow. Selain Maslow, tokoh lain yang juga
terkenal dalam teori humanistik ini adalah Carl Rogers yang terkenal karena metode
terapi yang digunakannya, yaitu metode Client-Centered
Therapy. Konsep utama dari terapi humanistik adalah menekankan pada masa
kini atau masa sekarang yang dimiliki individu, meskipun juga memusatkan pada
pengalaman dasar manusia. Dalam terapi yang menggunakan pendekatan humanistik, terapis
bertujuan untuk menghapus segala hal yang dapat mengahambat seseorang dalam
mencapai aktualisasi diri, menjernihkan pola pikir dan perasaan seseorang serta
membantunya untuk memecahkan masalahnya sendiri
JENIS-JENIS
TERAPI
1.Client-Centered Therapy
Client-Centered
Therapy adalah jenis terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Terapi
ini biasanya digunakan pada individu mengalami problematika secara emosional yang
mampu membuat individu tersebut menjadi pribadi yang tidak berfungsi
sepenuhnya. Dalam terapi ini, kepercayaan yang dibangun antara klien dan
terapis merupakan kunci utama dari keberhasilan terapi ini. Dengan adanya
hubungan dan kepercayaan yang baik antara keduanya, maka terapis dapat membuat klien
merasa bebas dalam mengeksplorasi hal-hal di dalam kekehidupannya yang sekarang
diingkari.
Client-Centered
Therapy menggunakan beberapa teknik dasar yang mencakup
mendengarkan, merefleksikan perasaan/ pengalaman individu, dan menjelaskan.
Tetapi, perlu diketahui bahwa dalam terapi ini, terapis tidak berusaha untuk
menggali informasi lebih dalam dan lebih jauh lagi. Hubungan yang dibangun
antara klien dan terapis harus baik mencakup beberapa hal seperi terapis harus
bisa menerima klien tanpa adanya penilaian terhadapnya baik secara positif atau
negatif, perkataan dan perbuatan terapis harus bersifat selaras, dan terapis
harus memiliki empati yang kuat.
2.Gestalt Therapy
Terapi gestalt adalah
terapi yang dikembangkan oleh Fritz Perls. Konsep utama dari terapi ini adalah
adanya penerimaan diri dan tanggung jawab. Fokus utama terapi ini adalah dengan
menantang klien untuk merubah ketergantungan yang ada dalam dirinya sendiri
terkait dukungan yang diberikan oleh lingkungan menjadi kepada dukungan dari
diri sendiri. Dalam pendekatan ini juga, terapis jauh lebih memusatkan
perhatian pada perilaku yang ditunjukkan oleh klien.
Salah satu kelebihan
dari terapi ini adalah pengalaman masa lalu yang dimiliki klien akan dibawa ke masa
sekarang, sehingga hasilnya jauh lebih baik daripada hanya terfokus pada
pengalaman masa lalu klien saja, namun memang paerlu diakui bahwa kekurangan
dalam terapi ini adalah kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif yang
dimiliki individu.
3.Analisis Transaksional
Eric Berne merupakan
seorang tokoh dokter jiwa yang mengembangkan terapi analisis transaksional. Terapi
analisis transaksional merupakan salah satu bentuk terapi yang terfokus pada
kemampuan individu dalam pengambilan keputusan, sebab terapi ini menekankan pada
aspek cognitive-rational-behavioral yang
dimiliki individu ketika melakukan pengambilan keputusan. Terapi ini merupakan
terapi dengan metode yang cepat dan praktis sebab terapi ini pada awalnya
digunakan oleh Berne untuk memeriksa kondisi mental ratusan prajurit Amerika
sehingga ia memiliki waktu yang terbatas.
4.Rational-Emotive Therapy
Manusia dianggap sebagai
makhluk yang unik dan memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dan irasional,
dimana hal tersebut dikemukakan oleh tokoh Rational-Emotive Therapy yaitu Albert
Ellis. Manusia yang berpikir rasional akan merasa bahagia, dan berkompeten
melakukan segala hal, sedangkan ketika etika berpikir irasional maka individu
menjadi kurang efektif dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Adanya reaksi
emosional dalam diri seseorang dapat disebabkan oleh interpretasi dan persepsi yang
hadir dalam diri baik secara disadari maupun tidak. Adanya hambatan emosional
tersebut merupakan akibat dari pola pikir individu yang irasional, dimana emosi
menyertai individu dalam berpikir. Pola pikir manusia yang tidak rasional biasanya
diperoleh dari orang tua dan budaya tempat individu dibesarkan. Pola pikir irasional
akan terlihat dari kata-kata yang digunakan yang mampu menunjukkan bagaimana cara
berpikir manusia.
5.Analisis Eksistensial dan Logotherapy
Tokoh yang mengembangkan
terapi analisis eksistensial tidak hanya satu melainkan dua tokoh, diantaranya Rollo
May dan James F. T. Bugental. Sedangkan logotherapy
dikembangkan oleh Viktor Frankl. Mengubah pola piker manusia merupakan konsep
dasar yang terdapat dalam terapi eksistensial ini. Perubahan pola pikir tersebut
mencakup dari kondisi inidivu yang lemah dan tidak berdaya menjadi lebih
bertanggung jawab dan mampu mengambil alih dan mengontrol kehidupannya sendiri,
serta menemukan kesadaran diri. Konsep teori eksistensialis ini tidak memandang
proses terapi sebagai cara untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang mengalami
bermasalah, namun terapi ini memandang klien sebagai individu bukan hanya sekadar
dilihat dari aspek perilakunya tetapi juga dari segi mekanisme diri nya
sendiri.
SUMBER
Palmer, S. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Papalia, DE, Olds dan Feldman. (2009). Human Development Eleventh Edition. New
York: McGraw-Hill.
Psikoanalisa merupakan teori dari
psikoterapi yang berasal dari Sigmund Freud sebagai pencetus teori psikoanalisa itu
sendiri. Freud mengatakan bahwa timbulnya gejala neurotis pada individu bisa
disebabkan karena memori yang ditekan. Memori yang ditekan tersebut biasanya
seringkali mengenai hal yang membuat traumatis terkait dengan pengalaman
seksual pada masa kanak-kanak.
TUJUAN
TERAPI PSIKOANALISIS
Untuk merekonstruksi kembali karakter
individu dengan cara membuat individu merasa sadar akan hal yang sebenarnya tidak
disadari dalam diri klien dan terfokus pada usaha pengembaliannya diri ke
pengalaman masa kecil.
JENIS-JENIS
TERAPI
1)Analisis Mimpi
Analisis
mimpi merupakan suatu prosedur yang penting untuk mengetahui hal-hal yang tidak
disadari dan memberikan penjelasan kepada klien atas beberapa area masalah yg tidak
terselesaikan. Buku Freud yang terkenal dan berkaitan tentang analisis mimpi
yaitu berjudul “The Interpretation of
Dreams”. Bagi Freud, mimpi adalah pemenuhan yang tersamarkan dan bersifat
halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan.
Selama individu
tertidur, pertahanan dirinya melemah sehingga perasaan-perasaan yang ditekan
akan muncul meskipun dalam bentuk lain. Freud juga beranggapan bahwa melalui
mimpi, maka hasrat, kebutuhan, dan ketakutan tak sadar yang dimiliki manusia
dapat diketahui. Mimpi memiliki dua tingkatan, yaitu isi laten yang terdiri
atas motif-motif yang tersembunyi dan tidak disadari karena menyakitkan dan mengancam.
Dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar (isi laten) diubah ke
dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu mimpi yang tampil pada si
pemimpi sebagaimana adanya.
Dalam
analisis mimpi, tugas terapis adalah mengartikan makna yang disamarkan oleh si
pemimpi dengan mempelajari berbagai tanda yang terdapat dalam isi manifes.
2)Asosiasi Bebas
Teknik utama
dalam terapi psikoanalisis adalah asosiasi bebas. Asosiasi bebas adalah metode untuk
memanggil kembali pengalaman individu yang berkaitan dengan situasi traumatis
di masa lalu dengan cara meminta klien untuk berbaring di atas sofa dan terapis
duduk di belakang kepalanya. Hal tersebut berguna agar terapis tidak
mengalihkan perhatian klien ketika asosiasinya sedang mengalir dengan bebas.
Dalam terapi ini, terapis meminta klien untuk mengosongkan pikirannya mengenai pikiran
atau renungan sehari-hari, serta dapat mengatakan apa pun yang muncul dan
melintas dalam pikiran.
3)Penafsiran (Interpretasi)
Interpretasi
adalah prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi,
resistensi, dan transferensi. Dalam metode interpretasi, terapis menyatakan dan
mengajarkan klien makna dari setiap tingkah laku yang dimanifestasikan di dalam
mimpi, asosiasi bebas, dan resistensi. Fungsi dari interpretasi adalah agar
dapat mendorong ego untuk bisa mempercepat proses pemberian arti pada alam
bawah sadar. Interpretasi yang diberikan oleh terapis bisa menghasilkan pemahaman
pada diri klien.
4)Analisis Resistensi
Resistensi ditujukan
untuk membantu klien agar menyadari berbagai alasan yang ada dibalik resistensi
sehinggag klien dapat menanganinya. Resistensi dapat mencegah klien mengemukakan
hal-hal yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien
dapat menunjukkan penolakan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai peristiwa
dilematis tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang mungkin muncul dan akan meningkat apabila klien sadar atas perasaan
yang ditekan tersebut.
5)Analisis Transferensi
Selain asosiasi
bebas, analisis transferensi juga merupakan teknik utama dalam teori psikoanalisis
karena mendorong klien untuk memunculkan kembali pengalaman masa lalunya dalam
terapi. Transferensi adalah pemindahan emosi dari satu hal ke hal lain, atau lebih
khususnya adalah pemindahan emosi dari orang tua kepada terapis. Dalam keadaan
neurosis, pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti seperti
kasih saying. Misalnya adalah ketika seorang klien jatuh cinta pada terapis sebagai
pemindahan dari orang tuanya. Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat memunculkan
kembali masa lalu klien dalam terapi dan memungkinkan klien agar bisa mendapat
pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi dan konflik yang ada, serta mengatakan
kepada klien pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya di
masa kini.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TERAPI PSIKOANALISIS
Kelebihan :
1.Terapi-terapinya berdasar pada teori
yang kuat.
2.Terapis dapat mengungkap masa lalu
klien secara mendalam.
3.Dapat membantu klien mengetahui masalah
apa yang sebenarnya tidak disadarinya.
Kekurangan:
1.Terapis harus sudah sangat menguasai
dan terlatih dalam melakukan terapi.
2.Memakan banyak waktu dan biaya
3.Tidak semua pengalaman masa lalu
dapat dibawa ke alam sadar
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas
Gunadarma.
Feist, J., Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian (Theories of Personality).
Jakarta: Salemba Humanika.
Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: C.V.
Pustaka Bani Quraisy.
Interface menjelaskan sebuah cara yang umum dalam
menetapkan sifat dari beragam class. Mereka menyediakan beragam class, tanpa
memperhatikan hierarkinya untuk mengimplementasikan sifat-sifat yang umum. Interface
adalah class yang berisi deklarasi metode tanpa adanya implementasi dan semua
properti yang dimiliki bersifat final. Interface tidak terikat dengan class
hierarki. Interface mendefinisikan sebuah (signature)
dari sebuah kumpulan metode tanpa tubuh. Interface diperlukan dalam teamwork. Sebuah Interface
mendefinisikan protokol untuk berkomunikasi antara dua objek :
1.Class yang meng-implements sebuah interface
harus implement semua method yang dideclarasikan di dalam Interface.
2.Nama interface dapa digunakan di mana saja.
TUJUAN
INTERFACE
Karena interface merupakan penghubung antara
program satu dengan program yang lain dan antara software satu dengan software
lain, interface sangat diperlukan.
PRINSIP
PERANCANGAN MUKA
1.User Compatibility yakni kesesuaian tampilan
dengan user karena user yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda pula.
2.Product Compatibility, artinya bahwa produk
aplikasi yang dihasilkan harus sesuai. Tampilan yang sama, baik untuk user yang
awam maupun yang ahli.
3.Task Compatibility, berarti fungsional dari tugas
yang ada harus sesuai dengan tampilannya
4.Work Flow Compatibility, yaitu satu tampilan
layar aplikasi dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan.
5.Consistency, misalnya adalah jika anda
menggunakan istilah save yang berarti
simpan, maka gunakan terus istilah tersebut.
6.Familiarity, yakni dengan menggunakan simbol-simbol
yang familiar dengan user.
7.Simplicity, dimana aplikasi telah menyediakan
pilihan yang simpel dan sederhana untuk suatu pekerjaan.
8.Direct Manipulation, misalnya untuk memiringkan huruf,
cukup dengan ctrl+I.
9.Control, yakni dengan memberikan kontrol penuh
pada user.
10.WYSIWYG atau What You See Is What You Get yakni
dengan membuat tampilan mirip seperti kehidupan nyata user.
11.Flexibility, mengizinkan user melakukan
perubahan terhadap tampilan mereka sendiri.
12.Responsiveness, tampilan yang dibuat harus bisa
memberikan respon kepada user secara real time.
13.Invisible Technology, user tidak menganggap penting
algoritma apa yang digunakan.
14.Robustness atau handal. Dapat mengakomodir kesalahan
yang dilakukan oleh user. Jangan sampai error atau crash.
15.Protection, yakni dengan melindungi user dari
kesalahan yang umum dilakukan. Misalnya dengan adanya fitur back atau undo.
16.Ease of learning, yakni splikasi mudah dipelajari.
17.Ease of use, yakni splikasi mudah untuk digunakan.
USER
INTERACTION
Bagaimana user dapat melakukan komunikasi dengan
sebuah sistem/ aplikasi untuk menyelesaikan sebuah tugas tertentu disebut
dengan istilah user interaction. Terdapat dua masalah saat melakukan
perancangan user interaction yaitu pertama, bagimana informasi yang diberikan
user dapat dimengerti oleh komputer. Kedua, dengan menyusun user interface yang
baik agar dapat menyatukan user interaction dan information presentation.
USER
GUIDANCE
User guidance adalah suatu fasilitas sistem seperti
online help, error messages, dan user manual. User guidance perlu disatukan
dengan user interface untuk membantu user saat membutuhkan informasi tentang
sistem atau saat ada kesalahan yang dilakukan sistem dan tidak dimengerti oleh
user.
Video
terkait interface.
FLOW
CHART
Flow chart berasal dari kata bagan (chart) yang
menunjukkan alir (flow) di dalam program sistem secara logika. Bagan alir
(flowchart) digunakan sebagai alat bantu komunikasi dan dokumentasi.
JENIS
- JENIS FLOW CHART
1.Bagan alir dokumen (document flowchart).
Document flowchart atau form flowchart/ paperwork flowchart adalah bagan
alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk
tembusan-tembusannya.
2.Bagan alir sistem (systems flowchart).
Flowchart ini menjelaskan urut-urutan dari
prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa
yang dikerjakan di sistem.
3.Bagan alir skematik (schematic flowchart).
bagan alir ini mirip dengan bagan alir
sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya
adalah, bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem,
juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Penggunaan
gambar tersebut untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang paham dengan
simbol-simbol bagan alir.
4.Bagan alir program (program flowchart).
Bagan alir program (program flowchart) adalah bagan yang
menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses program. Bagan alir
program dapat terdiri dari dua macam, yaitu bagan alir logika program (program
logic flowchart) dan bagan alir program komputer terinci (detailed computer program flowchart).
5.Bagan alir proses (process flowchart).
Bagan alir proses (process flowchart) banyak
digunakan di teknik industri dan berguna untuk analisis sistem yang menggambarkan
proses suatu prosedur.
Video
terkait flowchart
KONSELING
ONLINE
“Counseling is a learning-oriented process,
carried on in a simple, one-to-one social environment, in which a counselor,
professionally competent in relevant psychological skill and knowledge, seeks
to assist the client, by methods appropriate to the latter’s needs and within
the context of the total personnel program, to learn more about himself and to
accept himself, to learn how to put such understanding into effect in relation
to more clearly perceived, realisticaly defined goals to the end that the
client may become a happier and more productive member of his society.”
(Gustad’s,
1995)
“A
counseling relationship denotes
that the persons seeking help
retain full freedom
of choice and
decision and that
the helping person
has no authority or
responsibility to approve
or disapprove of
the choices or
decisions of the counselee
or client”.
(Ethical Standard
of American Personnel
and Guidance Association, 1976)
“Konseling online adalah layanan terapi
yang relatif baru. Konseling dikembangkan dengan menggunakan teknologi
komunikasi dari yang paling sederhana menggunakan email, sesi dengan chat, sesi
dengan telp pc-to-pc sampai penggunaan dengan penggunaan webcam (video live
sessions), yang secara jelas menggunakan komputer dan internet.”
(Fields,
2011)
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa konseling
online dapat yaitu proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan
sebagai penghubung antara konselor dengan klien dimana dapat dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi, komputer dan internet.
PROSES KONSELING ONLINE
Proses konseling dapat dibagi menjadi dua tahap
yaitu:
1.Tahap Persiapan
Tahap persiapan mencakup aspek teknis
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung penyelenggaraan
konseling online.
2.Tahap
Konseling
Tahapan konseling online tidak jauh berbeda
dengan tahapan proses konseling face-to-face.
MEDIA
KONSELING ONLINE
1.Website/situs
Ketika hendak melakukan konseling online,
konselor dapat menyediakan sebuah
alamat situs. Situs ini
menjadi alamat untuk
melakukan praktik secara online
sehingga klien yang hendak melakukan konseling
online dapat berkunjung
ke situs tersebut terlebih untuk selanjutnya melakukan konseling online.
2.Video
conferencing
Video konferensi adalah suatu pertemuan yang
dibantu oleh media jaringan seperti telefon ataupun media lainnya yang
digunakan untuk transfer data video. Alat khusus dalam konseling online
menggunakan video konferensi masih terbilang sangat mahal sehingga konselor dan
klien bisa menggunakan fasilitas video konferensi yang terdapat pada beberapa
aplikasi Instant Messaging yang menyediakan fasiltitas video call.
3.Email
Email atau surat elektronik merupakan
sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara
elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler. Terdapat banyak
penyedia account email seperti @yahoo, @gmail, @aim, @hotmail, @mail,
@tekomnet, @plasa dll.
4.Chat , Instant Messaging dan
Jejaring Sosial
Dalam dunia internet, chat adalah sebagai kegiatan
komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan singkat yang diketikkan
melalui keyboard. Sedangkan percakapannya dikenal dengan istilah chatting..
Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif melalui teks, maupun
suara dan video.
5.Telepon/ handphone
Telefon dapat dimanfaatkan untuk melakukan
konseling. Konselor dan klien bisa saling tehubung dengan menggunakan perangkat
ini.
MANFAAT
KONSELING ONLINE
1.Mengurangi jadwal yang sulit dipertemukan.
2.Merubah orientasi klien terhadap proses konseling.
3.Peluang diberkan pada klien untuk mengakses dari
lokasi terpencil.
4.Memperluas akses penilaian dan penafsiran terhadap
hasil test.
5.Membantu melaksanakan penilaian dan tugas-tugas.
6.Memotivasi dan mendorong individu menggunakan ‘self-help’.
CONTOH
KONSELING ONLINE
REFERENCES
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. (2008). Introduction to counseling and guidance.
New York: Macmillan Publisher.
Jogiyanto. (1990). Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Andi Off Set.
Prayitno. (2004). Seri layanan konseling. Padang: FIP.
Tavri D. M. Analisa
perancangan sistem pengolahan data. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.